Sunday 13 May 2018

Persaudaraan yang Membangun

Oleh A PONCO ANGGORO, MAHDI MUHAMMAD
Sejarah Bagansiapi-api tidak dapat dilepaskan dari berbagai etnis yang tinggal di ibu kota Kabupaten Rokan Hilir, Riau, tersebut. Kerja sama antarwarga yang beragam menjadi modal utama pembangunan daerah itu.

Saturday 12 May 2018

Akhiri Perseteruan Tiga Abad

Oleh MUHAMMAD IKHSAN MAHAR, EDNA C PATTISINA
Meski pernah berperang selama tiga tahun dalam Perang Makassar, raja ke-16 Gowa, Sultan Hasanuddin, dan raja ke-15 Bone, Arung Palakka, justru menjauhkan rasa dendam dan saling menghormati di akhir perang. Mungkinkah keteladanan dan kenegarawan seperti itu dapat ditiru?

Masa Jaya Lagu Anak-anak di Layar Kaca

Oleh CHRIS PUDJIASTUTI
Sekitar pertengahan tahun 1960-an sampai 1970-an, anak-anak usia taman kanak-kanak dan sekolah dasar “dimanjakan” lewat lagu-lagu yang memang diperuntukkan bagi mereka. TVRI, kala itu, memberikan porsi acara nyanyi-menyanyi untuk anak-anak. Salah satunya lewat acara Ayo Menyanyi asuhan AT Mahmud dan Bu Fat, diiringi piano Bu Meinar.

Sicarii - Assassin

Oleh TRIAS KUNCAHYONO
Terorisme adalah wajah gelap perilaku manusia, sejak pertama sejarah mencatat tindakan mereka. Dalam History of the Jewish War (Jewish Antiquities)–buku tujuh jilid karya sejarawan kuno Yahudi, Joseph Ben Matthias atau Flavius Josephus (37/37-100)–diceritakan bagaimana faksi pemberontak, sicarii (nama ini diambil dari senjata yang mereka gunakan, yakni pisa pendek atau belati), menyerang orang-orang Romawi dan juga kelompok mapan orang-orang Yahudi. Mereka menjadi kelompok yang dikenal sebagai kaum Zealot–dari bahasa Yunani, zelos, yang berarti semangat atau semangat yang kuat (Gus Martin: 2011).

Saturday 5 May 2018

Potehi Indonesia Menolak Punah

Represi kolonial Belanda dan merebaknya diskriminasi rasial pada era 1960-an tidak mampu menghapuskan tradisi wayang potehi di Indonesia.
JAKARTA, KOMPAS - Wayang potehi hadir di Nusantara bersama para perantau Tionghoa etnis Hokkian dari China Daratan sekitar abad ke-16. Eksistensi wayang potehi berulang kali terancam, mulai dari masa kolonial Belanda, Orde Lama, hingga Orde Baru, seiring munculnya pergolakan politik dan merebaknya diskriminasi rasial terhadap etnis Tionghoa.