Monday 29 February 2016

Habitat Satwa Semakin Hancur


152 Gajah Sumatera Mati

JAMBI, KOMPAS — Sedikitnya 152 gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) mati sejak 2012 dan ancaman kematian gajah terus berlangsung. Kepunahan sudah terjadi di 13 kantong karena habitat gajah secara masif beralih menjadi kebun dan hutan monokultur.

Seekor gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) tewas di perkebunan karet masyarakat di Desa Semambu, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, Jambi, Jumat (12/2). Konflik antara satwa dan manusia di wilayah itu diduga sengaja dimanfaatkan pemburu liar untuk membunuh gajah dan mencuri gadingnya.
Seekor gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) tewas di perkebunan karet masyarakat di Desa Semambu, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, Jambi, Jumat (12/2). Konflik antara satwa dan manusia di wilayah itu diduga sengaja dimanfaatkan pemburu liar untuk membunuh gajah dan mencuri gadingnya. (Kompas/Irma Tambunan)

Tuesday 23 February 2016

Nyamuk "Aedes" Siap "Tempur"

Oleh AMANDA PUTRI dan ADHITYA RAMADHAN
Demam berdarah dengue bisa cepat menyebar karena meningkatnya populasi nyamuk sebagai vektor, tingginya mobilitas manusia, dan berubahnya lingkungan. Namun, kini penyebaran bisa lebih cepat. Nyamuk tak butuh lagi darah manusia yang mengandung virus dengue karena sejak lahir mereka sudah membawa virus dengue.
Umum diketahui, penularan virus dengue terjadi saat nyamuk Aedes aegypti menggigit orang yang terinfeksi virus dengue. Kemudian, nyamuk yang sama menggigit orang lain dan menularkan virus melalui liurnya.
Dalam Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Dengue Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (2011) dijelaskan, saat nyamuk Aedes aegypti menelan darah yang terinfeksi, virus bereplikasi di lapisan sel epitel usus tengah, lolos ke hemocoel (rongga berisi darah pada artropoda), dan menginfeksi kelenjar ludah. Virus lalu masuk air liur dan ditularkan saat nyamuk menggigit manusia.

Monday 22 February 2016

Nyamuk, Spesies Paling Mematikan

Oleh AHMAD ARIF
Perang panjang manusia melawan nyamuk telah dilakukan sejak awal peradaban, tetapi belum ada tanda-tanda kita bisa memenanginya. Hingga kini, nyamuk menjadi spesies yang menimbulkan kematian tertinggi bagi manusia. Mengalahkan aneka jenis binatang buas, bahkan mengalahkan kekejian manusia sendiri.
Petugas fogging Dinas Kesehatan Kota Malang melakukan fogging di Gedung DPRD Kota  Malang, Sabtu (6/2). Di tengah wabah demam berdarah yang sedang menjangkit warga dihimbau tidak hanya melakukan fogging melainkan melakukan gerakan 3M (menguras, menutup, dan mengubur )tempat yang menjadi potensi sarang nyamuk Aedes Sp.
Petugas fogging Dinas Kesehatan Kota Malang melakukan fogging di Gedung DPRD Kota Malang, Sabtu (6/2). Di tengah wabah demam berdarah yang sedang menjangkit warga dihimbau tidak hanya melakukan fogging melainkan melakukan gerakan 3M (menguras, menutup, dan mengubur )tempat yang menjadi potensi sarang nyamuk Aedes sp.(Kompas/Bahana Patria Gupta)
Bill Gates, miliuner pemilik Microsoft dan belakangan gencar mendanai riset tentang nyamuk, dalam blog pribadinya membuat tulisan yang menggelitik: Spesies apa paling mematikan di dunia? Apakah hiu, ular, atau harimau? Jika mengacu pada jumlah kematian yang diakibatkannya tiap tahun, jawabannya tak ada di antara binatang-binatang itu. Hal yang benar ialah nyamuk.
Gates melengkapi argumennya dengan data dan grafis menarik. Ular disebut membunuh 50.000 manusia tiap tahun serta anjing (kebanyakan karena rabies) menewaskan 25.000 orang. Beberapa binatang yang dianggap paling mengerikan, seperti hiu dan serigala, hanya menewaskan kurang dari 10 orang per tahun. Sementara harimau dan gajah masing-masing menewaskan 100 orang per tahun, dan badak 500 orang per tahun.
Kematian disebabkan perang atau pembunuhan oleh sesama manusia sekitar 475.000 orang per tahun. Adapun nyamuk, menurut data, membunuh lebih dari 725.000 orang tiap tahun. Bahkan, data yang diajukan Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat menyebutkan, nyamuk telah menyebabkan kematian lebih dari satu juta orang setiap tahun.
Vektor mematikan
"Nyamuk amat berbahaya karena menjadi vektor berbagai jenis penyakit. Dia bisa menyebarkan virus, parasit protozoa, hingga cacing," kata Syafruddin, ahli nyamuk dan malaria dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
nyamuk.jpg
Karakteristik utama pembeda antara nyamuk Anopheles, Aedes, dan Culex (WHO)
Dari sekitar 3.500 spesies nyamuk yang ada di muka Bumi, tiga di antaranya merupakan jenis paling mematikan, yaitu Aedes, Anopheles, dan Culex.
Infeksi virus zika, yang mengundang kepanikan pada awal tahun ini, hanya satu jenis penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk jenis Aedes aegypti. Meski serangan virus tak mematikan, diduga kuat penyakit itu memicu lonjakan kasus kelahiran bayi dengan mikrosefalus atau gangguan perkembangan otak di Brasil.
Sebelumnya, nyamuk Aedes lebih dulu dikenal sebagai penular virus demam berdarah dengue (DBD), salah satu penyakit paling mematikan yang disebarkan nyamuk. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, sedikitnya 20 juta orang di lebih dari 100 negara di dunia terinfeksi DBD tiap tahun. Di Indonesia, angka kematian akibat penyakit itu per tahun sekitar 907 jiwa (tahun 2014) hingga 1.599 jiwa (tahun 2007). Selain DBD dan zika, Aedes menularkan chikungunya dan demam kuning.
Sementara nyamuk Anopheles adalah penyebar plasmodium malaria, penyebab penyakit paling mematikan dalam sejarah manusia. Menurut data WHO, sekitar 4,2 miliar orang-hampir separuh populasi dunia-rentan terserang malaria. Pada 2015, ditemukan 214 juta orang terinfeksi malaria dan 438.000 di antaranya meninggal.
"Bandingkan dengan ebola yang memicu kematian 4.000 orang di Afrika tahun lalu. Angka kematian karena malaria jauh lebih tinggi," kata Syafruddin. Di Indonesia, kematian karena malaria dilaporkan 30 orang per tahun, dari 400.000 pasien malaria. Angka itu kemungkinan lebih kecil daripada kenyataannya.
Adapun nyamuk Culex dikenal menularkan demam West Nile, Japanese encephalitis, dan Lymphatic filariasis. Hingga kini, sebaran West Nile dan Japanese encephalitis di Indonesia belum diketahui pasti, sebagaimana sebaran virus zika meski sejumlah riset menunjukkan virus itu masuk dan menyebar di Indonesia. "Banyak kematian akibat demam tak terdiagnosis dengan baik. Kemungkinan itu karena infeksi yang ditularkan nyamuk, terutama oleh virus Japanese encephalitis," kata Herawati Sudoyo, Deputi Direktur Eijkman.
Mutasi dan adaptasi
Superioritas nyamuk terhadap spesies lain di muka Bumi terbukti dengan kemampuannya bertahan dari perubahan alam. Nyamuk telah menghuni Bumi, jauh sebelum kemunculan manusia modern (Homo sapiens). Bahkan, mereka telah ada pada era dinosaurus. Saat dinosaurus punah, nyamuk tetap ada dan terus berkembang.
Salah satu kunci daya tahan nyamuk ialah kemampuannya bermutasi untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan, ketersediaan pakan, bahkan terhadap aneka obat serangga. Contoh nyata adaptasi nyamuk yang luar biasa itu bisa dilihat dalam sejarah evolusi Aedes aegypti. Nenek moyang spesies nyamuk itu asalnya di hutan Sahara, Afrika, dan hanya menggigit hewan liar, seperti masih dilakukan subspesies Aedes aegypti formosus. Namun, mayoritas Aedes kini bermukim di kota dan memilih darah manusia.

Kompas, Selasa, 23 Februari 2016

Sunday 21 February 2016

Dekapan yang Menyelamatkan Sang Buah Hati

Oleh ADHITYA RAMADHAN
Tiada yang lebih menenteramkan bayi dari dekapan hangat orangtua, terutama ibunda. Bahkan, bagi bayi yang lahir prematur dengan berat badan kurang dari normal, dekapan hangat tak hanya membuat nyaman, tetapi juga berperan dalam pertumbuhan dan menyelamatkan nyawa.
Ny Nia mempraktikkan perawatan metode kanguru pada salah satu bayi kembar limanya beberapa waktu lalu. Metode kanguru dapat membantu bayi prematur yang lahir di bawah normal mengatasi hipotermia atau suhu tubuh rendah serta membantu meningkatkan berat badan.
Ny Nia mempraktikkan perawatan metode kanguru pada salah satu bayi kembar limanya beberapa waktu lalu. Metode kanguru dapat membantu bayi prematur yang lahir di bawah normal mengatasi hipotermia atau suhu tubuh rendah serta membantu meningkatkan berat badan.(Arsip dr Eisa Etika)
Angka Kematian Bayi (AKI) di Indonesia, menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, mencapai 32 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian bayi mayoritas terjadi pada tujuh hari pertama. Dari tujuh hari pertama itu, kematian bayi banyak terjadi di 24 jam pertama dengan gangguan napas dan prematur sebagai penyebab kematian yang dominan.
Bayi dikategorikan lahir prematur jika lahir kurang dari 37 minggu. Kelahiran prematur akan menyebabkan berat bayi lahir rendah (BBLR), yakni berat bayi saat dilahirkan kurang dari 2.500 gram. Bayi yang BBLR sangat berisiko mengalami hipotermia yang dapat mengancam nyawanya. Organ-organ tubuh bayi yang belum matur tidak mampu mengatasi suhu dingin sekitar.
Untuk menjaga bayi BBLR tetap hangat diperlukan inkubator. Di negara berkembang di mana kualitas layanan kesehatan belum merata hingga ke pelosok daerah, ketersediaan inkubator di pelayanan kesehatan primer sering kali tidak tersedia.
Masalah seperti itulah yang dihadapi Bogota, Kolombia, pada tahun 1978-1979. Kala itu, di daerah pegunungan banyak sekali bayi yang lahir prematur. Ketersediaan tempat tidur dan inkubator di daerah tersebut saat itu sangat terbatas sehingga banyak bayi prematur tak kebagian inkubator. Sementara jika satu inkubator digunakan dua bayi, itu akan berisiko terjadinya infeksi silang.
Akhirnya, salah seorang dokter di sana berinisiatif menyuruh ibu yang bayinya lahir prematur untuk mendekap bayinya di dada masing-masing agar seluas-luasnya permukaan kulit bayi menempel langsung di tubuh sang ibu. Ternyata terjadi konduksi, sinkronisasi suhu, antara tubuh bayi dan ibunya. Ketika bayi dalam dekapan ibunya, panas tubuh ibu mengalir ke tubuh bayi dan menjaganya tetap hangat.
Suhu tubuh normal manusia 36,5-37,5 derajat celsius. Saat suhu bayi ada di bawah itu, suhu tubuh ibu akan naik 2 derajat celsius dan merambat ke tubuh bayi sehingga bayi tak lagi kedinginan. Begitu juga sebaliknya, saat tubuh bayi tinggi, suhu tubuh ibu akan turun sehingga panas tubuh bayi merambat ke tubuh ibu.
Cara sederhana itu, menurut Yeni Rustina, Wakil Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (UI), kemudian disebut sebagai Perawatan Metode Kanguru (PMK). Disebut sebagai metode kanguru karena posisi ibu mendekap anaknya seperti induk kanguru menyimpan anaknya dalam kantungnya.
Kunci dari metode kanguru ialah adanya kontak kulit ibu-bayi (skin to skin contact). Bisa saja bayi didekap orangtuanya dengan berpakaian lengkap, tetapi proses konduksi antara tubuh ibu dan tubuh bayi tak akan terjadi. "Bedanya antara kontak kulit dan tidak kontak kulit amat bermakna," ucap Yeni.
Status fisiologis
Bagi bayi, metode kanguru bisa membuat status fisiologis bayi lebih baik dan stabil, perkembangan motorik bagus, durasi tidur lebih lama, dan kenaikan berat badan lebih cepat.
Bayi prematur kerap kali lupa bernapas karena paru-parunya belum matang. Sambil mendekap bayinya, ibu bisa mengajak bayinya berbicara dan mengelusnya. Ini menjadi rangsangan tumbuh kembang saraf bagi bayi. Denyut jantung ibu yang selama dalam kandungan ia dengar juga membuat bayi jadi nyaman dan tidur lebih lama sehingga energinya disimpan untuk proses pertumbuhan.
Yeni menambahkan, metode kanguru memungkinkan suhu tubuh bayi terjaga sehingga bisa terhindar hipoglikemi dan gangguan fungsi organ. Jika tubuh bayi dingin, ia akan membakar lemak untuk mempertahankan panas tubuh. Proses itu membutuhkan oksigen banyak, padahal untuk bernapas normal saja bayi prematur kesulitan. Akibatnya, gula dalam tubuh akan dibakar menjadi energi dan menyebabkan hipoglikemi.
Sementara bagi ibu, metode kanguru bermanfaat memperkuat ikatan emosional (bonding) dengan bayi, membuat ibu lebih percaya diri dalam menyusui dan merawat bayi. Metode kanguru juga bisa meningkatkan produksi air susu ibu (ASI) dan lama menyusui sehingga bayi bisa mendapat ASI eksklusif lebih lama.
Menurut Yeni, bukan hanya ibu, anggota keluarga lain pun bisa melaksanakan metode kanguru kepada bayi seperti ayah dari bayi, kakek, nenek, paman, atau bibi dari bayi.
Sederhana dan ekonomis
Dibandingkan dengan memakai inkubator, metode kanguru lebih sederhana dan ekonomis. Adapun penggunaan inkubator memiliki kelemahan, antara lain bising dan risiko terjadi infeksi.
Idealnya, inkubator ditekan tingkat kebisingannya hingga aman bagi bayi. Namun, kebanyakan inkubator tidak secara rutin ditera sehingga memiliki tingkat kebisingan di atas 60 desibel. Padahal, tingkat kebisingan yang aman bagi bayi dalam inkubator ialah di bawah 50 desibel. Inkubator yang bising dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan gangguan pendengaran pada bayi.
Kepala Divisi Neonatologi, Departemen Ilmu Kedokteran Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/Rumah Sakit Umum dr Soetomo Surabaya Risa Etika mengatakan, di Indonesia, efektivitas penerapan PMK untuk menyelamatkan bayi BBLR telah banyak terbukti, tak hanya berdasarkan laporan satu-dua kasus semata. Misalnya, pertengahan tahun 2015, tim tenaga kesehatan RSU Soetomo menerapkan PMK kepada bayi kembar lima.
Saat itu, pasien RSU Soetomo, Ny Nia, mengandung bayi kembar lima. Lima bayi lahir prematur dengan selamat melalui operasi. Bayi yang satu berjenis kelamin laki-laki dan empat perempuan itu memiliki berat bervariasi, 900 gram hingga 1.300 gram. Semua bayi sempat mengalami gawat napas dan dirawat di ruang perawatan intensif neonatus (NICU).
Saat itu, untuk menghindari bayi mengalami hipotermia dan membantu pertambahan berat badannya, PMK dilakukan pada lima bayi itu hingga berat badan mereka mencapai 2.500 gram.
Lima bayi itu juga mendapat ASI eksklusif dari ibunya. Meski sempat disiapkan donor ASI, produksi ASI Ny Nia ternyata banyak dan mencukupi bagi lima anaknya.
Yeni mengatakan, tahun 2009, Kelompok Kerja Nasional Perawatan Metode Kanguru telah dibentuk pemerintah. PMK juga dijadikan program nasional. Sebanyak 10 perwakilan rumah sakit daerah dan empat rumah sakit besar telah dilatih PMK di Cape Town, Afrika Selatan.
Persoalannya, hingga kini belum ada kebijakan tata laksana PMK di rumah sakit. Fasilitas kesehatan belum memiliki prosedur operasional standar PMK. Padahal, penerapan metode kanguru bisa menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi.
Kompas, Senin, 22 Februari 2016

Sampah Plastik: Soal Terdegradasi atau Terurai

Oleh ICHWAN SUSANTO
Sejumlah pihak menilai program kantong plastik atau keresek berbayar di ritel modern tak perlu. Alasan program itu untuk mengurangi timbulan sampah juga dinilai mengada-ada. Toh, lebih dari 95 persen peritel di Indonesia telah menggunakan plastik yang bisa terdegradasi. Jadi, apa yang harus dikhawatirkan bagi lingkungan?
 Petugas TPS Jalan Tamansari, Bandung, Jawa Barat, menata tumpukan sampah sebelum diangkut ke tempat pembuangan akhir, Sabtu (23/1). Dalam sehari, di Bandung diperkirakan dihasilkan sekitar 200 ton sampah plastik.
Petugas TPS Jalan Tamansari, Bandung, Jawa Barat, menata tumpukan sampah sebelum diangkut ke tempat pembuangan akhir, Sabtu (23/1). Dalam sehari, di Bandung diperkirakan dihasilkan sekitar 200 ton sampah plastik.(Kompas/Rony Ariyanto Nugroho)
Menurut peneliti polimer pada Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Agus Haryono, plastik dengan klaim degradable yang umumnya disediakan peritel-peritel itu hanya pecah di alam, bukan terurai secara biologis. Contohnya, jenis oxodegradable yang merupakan plastik yang terpecah-pecah karena teroksidasi.
"Oxo itu plastik biasa yang ditambahkan zat aditif atau logam berat sehingga ketika berada di lingkungan panas dan sinar matahari, lapisan akan luruh. Katalis akan memecah plastik," urainya.
Plastik yang merupakan senyawa polimer berantai sangat panjang dipengaruhi zat aditif dan katalis logam berat itu akhirnya pecah kecil-kecil. Bahkan, bisa berukuran mikro atau biasa disebut mikroplastik.
Masyarakat bisa terjebak pada klaim "ramah lingkungan" atas produk oxodegradable. Seolah, dengan memakai plastik jenis itu, maka sudah go green. Padahal, plastik itu hanya terpecah dari bentuk besar menjadi bentuk mikro.
Kekhawatiran "menggampangkan" persoalan plastik itu muncul dalam laporan Program Lingkungan PBB (UNEP) berjudul "Biodegradable Plastics and Marine Litter: Misconception, Concerns, and Impacts on Marine Environments" pada akhir 2015. Penggunaan plastik degradable pun seakan membuat siapa saja lepas tanggung jawab karena berpikir materi itu akan terurai sendiri di alam.
Untuk benar-benar terurai habis membutuhkan proses dan kondisi tertentu serta waktu lama. Di perairan, persyaratan utama terdegradasi, seperti suhu tinggi (di atas 50 derajat celsius) dan radiasi sinar ultraviolet dari matahari, tak mungkin memapar kantong plastik degradable di lautan dingin dan gelap.
Kondisi dingin ekstrem di kutub utara, misalnya, es akan memerangkap plastik sehingga hampir tak mungkin terurai. Itu membuat kelimpahan mikroplastik di sana, setidaknya tiga kali lebih banyak daripada di daerah lain di lautan, termasuk Great Pacific Garbage Patch, pusat konsentrasi plastik di laut (Kompas, 10 Desember 2015).
Di lautan, plastik yang pecah menjadi mikroplastik menimbulkan berbagai masalah. Ketika mikroplastik berada di lautan, fauna setempat salah mengidentifikasinya sebagai plankton sehingga memakan dan menelannya. Perjalanan rantai makanan pun berlanjut hingga membahayakan manusia.
Bagi kesehatan, kata Agus, zat aditif yang ditaruh sebagai campuran plastik bisa terlepas dan terserap tubuh. "Aditif plastik bermacam-macam sesuai tujuan dan fungsi plastik itu," ujarnya.
Zat aditif pada plastik PVC merupakan senyawa phthalate yang di Uni Eropa mulai dilarang. Pelepasan senyawa aromatik itu bisa memengaruhi hormon pada tubuh. Keberadaan senyawa itu di sungai diduga penyebab ikan-ikan pejantan berubah jadi betina.
Di dunia, kata Agus, mikroplastik itu masih diperdebatkan apakah akan terurai di alam atau masih membutuhkan waktu ratusan hingga ribuan tahun untuk terurai. "Molekul polimer ini tersisa dan tertinggal di alam," ujarnya.
Beda lagi dengan plastik biodegradable. Plastik jenis ini dibuat dari bahan tepung nabati, seperti sagu, jagung, dan tapioka. Di tengah risiko pengembangannya akan berkonflik dengan kebutuhan pangan, plastik jenis ini bisa terurai secara biologi di alam.
Plastik jenis ini terurai jadi senyawa organik berbeda yang rantai polimernya telah terpecah. Agus mengatakan, plastik biodegradable bisa diatur formulasi pembuatannya agar sifat dan waktu terurainya sesuai keinginan manusia.
Namun, plastik biodegradable masih sangat mahal. Seperti sumber energi dari tanaman yang belum bisa bersaing dengan energi fosil, demikian nasib plastik mudah terurai di alam itu. Harga plastik biodegradable bisa 10 kali lipat dari harga plastik biasa yang terbuat dari minyak bumi.
Untuk bisa bersaing dengan plastik biasa atau degradable, kantong plastik biodegradable itu membutuhkan keberpihakan. Salah satunya, pengenaan cukai bagi plastik jenis lain agar harga bisa bersaing. Jadi, pembatasan penggunaan kantong keresek tetaplah perlu.
Kompas, Sabtu, 20 Februari 2016

Laut Jadi Kolam Raksasa Sampah

Oleh ICHWAN SUSANTO
Plastik "ramah lingkungan" diklaim mudah terurai hanya dalam waktu kurang dari dua tahun, tetapi itu tak berlaku jika terbawa ke laut. Plastik mudah terurai yang dipakai peritel sebagai kantong plastik demi memanjakan konsumen itu jadi masalah di laut.
Sampah  plastik, styrofoam, dan ranting pohon memenuhi Kanal Banjir Barat di Jembatan Besi, Jakarta Barat, Senin (7/12). Memasuki musim hujan, tidak hanya volume air yang melimpah, tetapi volume sampah yang hanyut juga turut bertambah di Kanal Banjir Barat.
Sampah plastik, styrofoam, dan ranting pohon memenuhi Kanal Banjir Barat di Jembatan Besi, Jakarta Barat, Senin (7/12). Memasuki musim hujan, tidak hanya volume air yang melimpah, tetapi volume sampah yang hanyut juga turut bertambah di Kanal Banjir Barat. (Kompas/Raditya Helabumi)
Ternyata plastik mudah terurai ini butuh syarat tertentu agar bisa terurai di lingkungan. Suhu tinggi atau lebih dari 50 derajat celsius, radiasi ultraviolet sinar matahari, hingga paparan udara jadi syarat agar plastik itu bisa terurai seperti yang diklaim produsennya.
Kondisi itu tak dipenuhi di bawah laut yang gelap, dingin, dan minim oksigen. Laporan terbaru Program Lingkungan PBB (UNEP) itu menggugah kita agar tak menganggap sepele sampah plastik meski itu sampah plastik "ramah lingkungan".
Di sisi lain, klaim plastik mudah terdegradasi cenderung membuat masyarakat merasa soal sampah plastik terselesaikan. Bahkan, UNEP menyebut produk berlabel biodegradable seakan mendorong penghilangan tanggung jawab individu sehingga menimbulkan keengganan mengurangi sampah plastik.
Tanpa perubahan perilaku, kolam laut jadi keranjang sampah raksasa yang membahayakan lingkungan dan kehidupan biota di dalamnya, serta manusia yang menggantungkan hidup dari hasil laut. Sekali terendap di laut, plastik itu butuh waktu amat lama untuk terurai dan masih ada masalah karena kandungan bijih plastik tak terurai.
"Kondisi laut dingin dan kurang oksigen. Jadi sekali terbuang di laut, plastik itu akan tinggal di sana untuk periode amat lama," kata Peter Kershaw, penulis studi UNEP berjudul "Biodegradable Plastics and Marine Litter: Misconception, Concerns, and Impacts on Marine Environments" itu seperti dikutip www.cbc.ca, 19 November 2015.
Di dalam laut, sinar matahari amat minim, bahkan nol, saat plastik terendap di kedalaman ratusan meter. Kondisi laut pun amat dingin sehingga tak memenuhi syarat lingkungan bagi plastik untuk terdegradasi.
Tak heran, sampah plastik jadi soal serius di berbagai kolam laut di dunia, termasuk di kutub Arktik. Di kutub utara ini, es memerangkap plastik sehingga sulit terurai. Itu membuat kelimpahan mikroplastik tiga kali lebih banyak daripada di daerah lain di laut, termasuk Great Pacific Garbage Patch, pusat konsentrasi plastik di laut.
gr8-pacific.jpg
Great Pacific Garbace Patch (The Bayside Journal)
"Laut jadi keranjang sampah dan keranjang sampah kian lengkap sehingga dampak sampah plastik naik," ucapnya. Laporan terbaru UNEP mencatat, 20 juta ton plastik berakhir di laut tiap tahun.
Riset Jenna R Jambeck dan kawan-kawan (12 Februari 2015 di www.sciencemag.org) menyebut, Indonesia ada di posisi kedua "pembuang" sampah plastik ke laut setelah Tiongkok, disusul Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka.
F1.large.jpg
Peta global dengan pewarnaan negara berdasarkan estimasi massa limbah plastik dalam juta metrik ton, yang ditimbulkan pada 2010 oleh populasi yang tinggal dalam rentang jarak 50 km dari pesisir. Hanya 192 negara yang diikutkan dalam penelitian. Negara yang tidak diikutkan diberi warna putih (Jambeck et al, 2015)
Estimasi limbah dari 20 negara penyumbang terbesar sepanjang 2010 berdasarkan massa limbah plastik dalam satuan juta metrik ton per tahun (Jambeck et al, 2015)
Pada 2014, studi yang dilakukan UNEP dan para mitra memperkirakan, 280 juta ton plastik diproduksi secara global tiap tahun. Hanya sebagian kecil didaur ulang. Ironisnya, sebagian lagi berakhir di lautan, memicu kerusakan lingkungan ekosistem laut senilai miliaran dollar AS per tahun.
Kershaw mengakui, beberapa jenis plastik biodegradable bisa hancur jadi bagian kecil (mikroplastik) dalam 2-3 tahun. Itu jadi soal saat mikroplastik seukuran plankton tertelan biota laut dan masuk rantai makanan.
Beberapa tahun terakhir, kekhawatiran pada mikroplastik, partikel berdiameter hingga 5 milimeter, meningkat. Penguraian terjadi pada organisme laut, termasuk burung laut, ikan, kerang, cacing, dan zooplankton.
Laporan UNEP menemukan, plastik paling umum dipakai untuk aplikasi umum, seperti polietilena (PE), polypropylene (PP) dan polyvinyl chloride (PVC), tak bisa terurai di lingkungan laut. Polimer, yang bisa terurai pada kondisi tertentu di darat, tak berlaku di laut. Penyebaran plastik secara luas berkontribusi pada sampah laut dan kerusakan ekosistem laut.
Studi itu juga menganalisis dampak lingkungan dari teknologi plastik ramah lingkungan oxo-degradable. Seperti plastik ramah lingkungan lain, di darat plastik itu bisa terurai dalam 2 tahun, di laut fragmentasi butuh waktu hingga 5 tahun.
Hingga kini, teknologi belum bisa menjawab dampak sampah di laut. Tanpa perubahan perilaku manusia untuk mengurangi konsumsi plastik, laut terdalam menjadi timbunan kematian bagi alam.
Kompas, Kamis, 10 Desember 2015
Jambeck JR, Geyer R, Wilcox C, Siegler TR, Perryman M, Andrady A, Narayan R, Law KL (2015) Plastic waste inputs from land into the ocean. Science: 768-771

Thursday 18 February 2016

Andrei, Khonghucu Pertama Menjabat Ketua DPRD Sulut

Oleh JEAN RIZAL LAYUCK
Gedung DPRD Sulawesi Utara, Selasa (16/2), menampung sekitar 400 orang penuh sesak dijejali tamu dan undangan. Nyaris tidak ada area kosong. Beberapa tamu dan wartawan terlihat berdiri meski petugas telah menambah seratus kursi menghadiri ritual pelantikan Ketua DPRD Sulawesi Utara Andrei Angouw, orang Khonghucu pertama yang menjadi pejabat publik.
Andrei-Angouw-di-VIP1.jpg
Andrei Angouw
Acara pelantikan Andrei yang dilahirkan di Manado, 23 Mei 1971, agak berbeda dari biasanya. Aroma dan asap dupa terbakar di altar memenuhi ruang pelantikan. Bagi Hengky Wijaya, tokoh masyarakat Tionghoa di Manado, prosesi pelantikan Andrei mengingatkan dirinya kepada sosok Abdurrahman Wahid, mantan Presiden Indonesia, yang tahun 2001 mengakui secara resmi Khonghucu sebagai salah satu agama di Tanah Air.
Gus Dur memberi kebebasan budaya dan Khonghucu menjadi agama resmi di Indonesia. "Luar biasa, ini yang pertama ritual konfusianisme masuk dalam upacara resmi pemerintah. Saya mendadak ingat Gus Dur," kata Hengky Wijaya.
Tiga hio yang terbakar di altar kemudian dipegang Honny Bagi, Ciaw Zhen atau imam Khonghucu di Manado yang maju ke depan mendampingi Andrei yang memakai setelan jas hitam dasi merah. Honny tak lupa membawa Shuzi, kitab suci Khonghucu, saat Andrei disumpah Ketua Pengadilan Tinggi Manado Mabruq Nur.
Andrei Angouw pun berterima kasih kepada Ketua DPP PDI-P Megawati Soekarno Putri yang memilih dirinya menjadi Ketua DPRD Sulut. Sebelumnya, Ketua DPD PDI-P Sulut Olly Dondokambey menyodorkan lima nama calon ketua.
Di antara lima calon terdapat nama Adriana Dondokambey, kakak kandung Olly Dondokambey dan Teddy Kumaat, mantan Wakil Wali Kota Manado tahun 2000-2005. "Kami tidak melihat latar belakang, siapa yang layak kami usulkan ke DPP. Ternyata Ibu Megawati memilih Andrei," tukas Dondokambey.
Andrei adalah sosok pengusaha hotel yang bergabung dengan PDI-P sejak tahun 2005. Darah pengusaha ditularkan ayahnya, Eddy Ang, yang dikenal sebagai pedagang cengkeh dan kopra di Manado.
Pria yang beristrikan Irene Pinontoan dan memiliki empat anak ini merupakan salah seorang intelektual dalam partainya. Ia meraih gelar master of science di engineering management dari Universitas of Southern California Amerika Serikat. Andrei bersekolah di SD Frater Don Bosco hingga SMA di Manado.
Ajaran konfusius dipahami Andrei adalah berjiwa sosial serta menghormati orangtua, keluarga, sahabat, dan masyarakat. Menjadi politisi adalah salah satu pintu untuk berjuang bagi masyarakat. "Apabila orang menganggap politik itu kotor, mari kita singkirkan debu kotor agar tidak menimpa kita."
Menurut Dondokambey, yang juga Gubernur Sulut, partainya mendapat jatah sebagai ketua DPRD Sulut setelah memenangi 13 kursi dalam pemilihan legislatif tahun 2014. Andrei mengisi kursi kosong yang ditinggalkan Steven Oktovianus Kandouw, yang terpilih sebagai Wagub Sulut 2016-2021.
Dondokambey mengatakan, pluralisme telah lama hidup dan menjadi cermin hidup masyarakat Sulut. Dikatakan, pelantikan Andrei menunjukkan PDI-P terbuka atas hak sipil warga negara Indonesia tanpa terkecuali.
Dalam sebuah era pemerintahan, Sulawesi Utara beberapa kali dipimpin pejabat beragama Islam tanpa ada persoalan. Penjabat Gubernur Sulawesi Utara Soni Sumarsono, Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri, memimpin Sulut selama lima bulan menggantikan SH Sarundajang. Posisi sekretaris provinsi dijabat Rahmat Mokodongan asal Bolaang Mongondow juga beragama Islam.
"Agama dan suku tidak menjadi ukuran bagi masyarakat Sulut meraih jabatan publik. Orang lain boleh merasa risi, tetapi masyarakat Sulut menganggap itu hal biasa," katanya.
Di masa era pemerintahan Gubernur SH Sarundajang (Minahasa), 2005-2015, diciptakan birokrasi segitiga emas, memilih Wagub Djauhari Kansil asal Sangihe dan Rahmat Mokodongan asal Bolaang Mongondow.
Sumarsono menyebut terpilihnya Andrei sebagai Ketua DPRD Sulut mewarnai proses pemerintahan Sulut menjadi Sulut hebat. "Di Indonesia hanya di Sulut yang ketua DPRD- nya beragama Khonghucu. Ini namanya Sulut hebat," katanya.

Kompas, Jumat, 19 Februari 2016