Thursday 21 January 2016

Lapindo Diminta Tetap Mengebor

Saiful Ilah Minta Warga Dukung Lapindo
SIDOARJO, KOMPAS — Bupati Sidoarjo terpilih Saiful Ilah meminta Lapindo Brantas Inc tetap melakukan eksplorasi minyak dan gas di Sidoarjo. Bahkan, apabila warga menolak rencana pengeboran tersebut, dia mempersilakan Lapindo mengebor di tanahnya.
"Sidoarjo punya harta alam yang luar biasa. Harta alam ini harus kita ambil. Kalau tidak kapan majunya Sidoarjo," kata Saiful kepada Kompas.
Saiful mengatakan, potensi migas Sidoarjo tersebar hingga di tepi pantai atau kawasan tambak rakyat, termasuk tambak miliknya yang sudah dilakukan survei seismik.
"Kalau memang masyarakat tidak menghendaki pengeboran itu. Daripada sulit-sulit, lebih baik mengebor dari tambak saya saja. Daripada nanti dibor dari Pasuruan, hilang kita punya harta karun," ujar Saiful.
Saiful meminta semua pihak termasuk media mendukung pengeboran yang dilakukan Lapindo. Menurutnya, pengeboran itu sangat bermanfaat bagi masyarakat bahkan negara.
Saiful juga meminta warga Desa Kedungbanteng, Banjarasri, dan Kalidawir mendukung. Menurutnya, kalau masyarakat terus beralasan dengan trauma lumpur Lapindo, tak akan maju.
Namun, Saiful tak pernah membaca hasil kajian dari aspek sosial, ekonomi, dan teknis yang ada di dokumen upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL). Sebagaimana diberitakan, Saiful mengaku menandatangani izin lingkungan untuk pengembangan sumur migas Lapindo karena rekomendasi bawahannya, Badan Lingkungan Hidup dan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Sidoarjo (Kompas, 21/1).
"Saya tanda tangan (dokumen UKL dan UPL) itu sudah saya serahkan ke perizinan supaya dipelajari. Kalau semua pihak sudah teken (tanda tangan), kenapa saya tidak teken," katanya.
Padahal, dalam dokumen itu, mayoritas warga tidak setuju dengan pengeboran. Mereka minta supaya rencana pengeboran di kawasan permukiman itu dipindahkan ke tempat lain.
Sebagai gambaran, potensi migas di Kecamatan Tanggulangin saja hampir 8 triliun kaki kubik per hari. Selain Tanggulangin, potensi migas juga ada di Kecamatan Porong dan Wunut.
Tanggung jawab
Namun, Saiful berpendapat lain. Menurutnya, apabila ada pengeboran, pihak yang mengebor harus bertanggungjawab. Saiful menilai Lapindo sangat bertanggung jawab. Bahkan dia menjamin perusahaan akan bertanggung jawab 100 persen apabila ada masalah.
"Saya menjadi Bupati Sidoarjo selama lima tahun dan menjadi Wakil Bupati selama 10 tahun. Saya paham betul permasalahan di wilayah ini termasuk titik-titik pengeboran migas Lapindo hingga kasus semburan lumpur panas di Kecamatan Porong," katanya.
Saiful mengatakan, pada 2002, saat dirinya menjabat Wakil Bupati, Lapindo sudah mengantongi izin HO (gangguan) dari Pemerintah Kabupaten Sidoarjo untuk pengeboran. Saat dirinya menjadi Bupati, pada 2011 Lapindo mengajukan izin lingkungan untuk pengembangan tiga sumur di lapangan Tanggulangin, yakni TA1, TA2, dan TA 4.
Saat itu izin belum dikeluarkan karena masalah ganti rugi korban lumpur belum terselesaikan. Izin lingkungan baru ditandatangani pada 2015 karena masalah ganti rugi sudah selesai. Tinggal 84 berkas warga korban lumpur yang belum terbayar karena masih bermasalah.
"Saya tandatangani izin lingkungan Oktober 2015. Karena perizinan sudah rekomendasi, ya, saya tandatangani. Selama lima tahun jadi Bupati, saya tidak pernah memeriksa lagi karena sudah saya percayakan kepada bawahan," kata Saiful.
Saiful menilai, pengeboran migas sangat bermanfaat. Bahkan semburan lumpur panas yang masih aktif mengeluarkan 30-50 meter kubik lumpur per hari itu bukan bencana, melainkan berkah. "Saya sudah meneliti kandungan lumpur itu dan bisa digunakan sebagai bahan baku keramik. Kalau orang lain tahu, bisa jadi rebutan lumpur itu," katanya.
Kepala Dinas Pengelolaan Pendapatan dan Kekayaan Aset Sidoarjo Joko Sartono mengatakan, bagi hasil migas yang diterima tahun 2015 mencapai Rp 2,4 miliar. Selain bagi hasil, keberadaan industri migas memberi manfaat bagi perusahaan yang memerlukan gas sebagai bahan bakar untuk produksi.
Presiden Direktur Lapindo Brantas Inc Tri Setia mengatakan, pihaknya mengelola 30 sumur migas di Sidoarjo dengan produksi pernah mencapai 80 juta kaki kubik per hari dan kini tinggal 6-8 juta kaki kubik per hari. Penurunan produksi 20-30 persen per tahun disebabkan kurang maksimalnya perawatan sumur dan bukan oleh pengaruh munculnya semburan lumpur panas Lapindo di Porong.
Namun, apabila dicermati nilai itu, sebenarnya tidak terlalu besar dibandingkan potensi industri di Sidoarjo. Ada 2.800 perusahaan yang beroperasi dan menyerap ratusan ribu tenaga kerja. Selain itu Sidoarjo memiliki 23.000 UMKM yang berkontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi.(NIK)

Kompas, Jumat, 22 Januari 2016

No comments:

Post a Comment