Sunday 17 August 2014

Zombi Binatang

Zombi umumnya dikenal sebagai mayat yang mampu bergerak kembali karena suatu pengaruh sihir atau, dalam cerita fiksi, biasanya karena infeksi pada otak. Intinya, tubuh bergerak bukan karena diperintah oleh diri sendiri, tetapi oleh pengaruh dari luar. Dalam dunia binatang, ternyata zombi bukan hal fiksi. Beberapa binatang menjadi tidak dapat mengendalikan diri, melakukan aktivitas di luar kebiasaannya karena pengaruh organisme lain.  Berikut contoh beberapa satwa bisa menjadi zombi:

Sistem Noken dan “Bigman”

Oleh TITO PANGGABEAN
Hari-hari ini sedang ramai dibahas isu pemungutan suara sistem noken di Papua.
Ini adalah cara pemungutan suara yang sudah lama diakui Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai kearifan lokal, tetapi kembali menjadi berita karena pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor 1 menggugat Komisi Pemilihan Umum (KPU). Pemohon menganggap sistem itu tidak sah.
1057303-jos--pilkada-gubernur-papua--780x390.JPG
Seorang petugas KPPS tengah menunjukkan surat suara dalam penghitungan suara seusai pemungutan suara, Selasa (29/1/2013) di TPS Kampung Wiligatnem, Jayawijaya. Warga di kampung itu menggunakan sistem noken sebagai sarana pemilihan. (Kompas/B Josie Susilo Hardianto)
Ada dua pola sistem noken yang biasa digunakan masyarakat di Pegunungan Tengah Papua. Pertama, pola bigman, di mana pemberian suara diserahkan atau diwakilkan kepada ketua adat.
Kedua, pola noken gantung, di mana masyarakat dapat melihat suara masuk ke kantong partai yang sebelumnya telah disepakati. Pola kedua ini dipakai dalam Pemilihan Umum Legislatif 2014.
Dalam kedua jenis sistem noken, prinsip bebas dan rahasia tidak berlaku. Dalam pola bigman, warga sepenuhnya percaya menyerahkan pilihan kepada pemimpin sebagai ekspresi ketaatan. Pasangan capres-cawapres nomor 1, yang kalah suara di kawasan yang menerapkan sistem bigman, menggugat cara itu.
Terkait pemimpin
Sistem noken berkaitan langsung dengan para pemimpin tradisional. Dalam rangka penelitian antropologi, saya pernah beberapa kali berkunjung ke Pegunungan Tengah Papua. Fakta ini perlu diungkapkan karena beberapa saksi capres-cawapres nomor 1 yang tampil di sidang MK berulang kali menyebut pertentangn di Pegunungan Tengah.
Tipe pemimpin pada masyarakat Pegunungan Tengah adalah yang dalam antropologi disebut tipe bigman, dalam bahasa lokal menagawan, artinya lebih kurang ‘orang berwibawa’. Orang berwibaya meraih status sebagai pemimpin bukan karena warisan. Ini adalah pencapaian status, yang diraih atas dasar perilaku, tindakan, dan usaha memenangkan persaingan dengan orang-orang  lain atau lawan yang menjadi pesaing.
Karena status orang berwibawa ditentukan oleh perilakunya, usaha untuk memenangi persaingan membuat posisinya penuh risiko. Ia harus pandai merangkul bigman lain, membagi wewenang dengan mereka, dan menyumbangkan harta, waktu, dan energinya untuk kepentingan orang banyak.
Seorang bigman yang acap dianggap pemimpin perang dinilai hebat bilamana ia menyejahterakan rakyatnya, bukan terus-menerus mengobarkan perang.
Adalah keliru mengatakan seorang bigman yang baik yang sering mengobarkan perang. Justru sebaliknya, bigman yang baik adalah yang memiliki kemampuan mengubah musuh menjadi sekutu. Bigman adalah orang bijak dan karena itu jadi panutan dan ditaati komunitasnya.
Di Papua, seorang pemimpin di sebuah kampung belum tentu dianggap pemimpin di kampung lain. Seorang pemimpin lintas kampung adalah pemimpin yang mampu berdiplomasi dengan pemimpin kampung lain dan menjalin persekutuan, menghormati wewenang, dan pantang mempermalukan pemimpin lain. Kepiawaian diplomasi serta membina persekutuan menjadikan seorang bigman disegani oleh beberapa bigman lain.
Perolehan suara
Dalam kunjungan terakhir ke Papua, 2013, saya berkesempatan menyaksikan langsung proses pemilihan Bupati Timika di sebuah kampung di daerah Pegunungan Tengah. Seorang bigman  yang paling disegani didatangi bigman dari kampung lain.
Pada kesempatan berbeda, ia juga menemui pemimpin kampung lain itu. Meski bukan agenda khusus, isu pemilihan bupati dibicarakan. Mereka saling bertukar informasi tentang pasangan-pasangan calon itu.
Dalam pertemuan itu dibahas siapa kira-kira yang akan mereka pilih: Apakah mereka akan memberikan semua suara warga untuk satu pasangan saja; membagi rata suara pada semua pasangan; atau untuk pasangan terbaik, yakni pasangan yang dianggap paling membela rakyat, baik hati, dan tidak mengumbar janji.
Dalam salah satu pertemuan para pemimpin adat itu, bigman yang paling disegani mengatakan, pilihan paling aman bagi warga kampung-kampung di Pegunungan Tengah adalah membagi suara secara sama rata. Alasannya, semua calon dianggap tidak memihak kepada rakyat di pegunungan, tak satu pun pernah membuat program pembangunan di Pegunungan Tengah.
Alasan kedua, ada 10 calon bupati dan wakil bupati yang berasal dari kampung mereka di pegunungan. Mereka tidak bisa menentukan mana yang akan diberi suara lebih banyak atau lebih sedikit. Hal ini karena semua calon itu adalah para kerabat mereka sendiri.
Karena takmenginginkan perpecahan di kalangan warga, pemimpin yang paling disegani itu memutuskan membagi rata suara di kampungnya. Keputusan itu disetujui oleh pemimpin-pemimpin yang lain.
Pemilihan bupati putaran kedua menghasilkan tiga calon bupati dan calon wakil, termasuk satu yang berasal dari Pegunungan Tengah. Hal ini memudahkan para pemimpin adat memilih. Hasilnya, 100 persen warga kampung di Pegunungan Tengah memilih calon bupati asal daerah mereka. Semua pemimpin menyetujui keputusan bigman paling senior itu.
Sumber informasi
Dari mana para pemimpin adat mendapat informasi? Seringkali dikatakan, akses informasi kampung-kampung di Pegunungan Tengah sangat terbatas. Namun, para pemimpin itu bukan orang yang tidak pernah keluar kampung. Sebagian besar mereka menjadi aparat pemerintah; kepala desa, atau aparat desa yang diundang untuk rapat koordinasi di kantor kecamatan. Dengan demikian, banyak informasi yang dapat diserap, termasuk yang terkait dengan pemilihan.
Salah satu calon bupati adalah seseorang yang dianggap terpelajar dan anak dari kepala suku masa lalu. Namun, ia tak dianggap sebagai pemimpin. Para pemimpin tradisional Papua ini juga berusaha menggali informasi dari sejumlah pihak di luar, termasuk dari saya, tentang para calon bupati dan wakilnya.
Ketika itu, saya sempat balik bertanya, kenapa tidak dibebaskan saja setiap orang memilih dan mencoblos sendiri. Para pemimpin itu mengatakan, rakyat tidak mengenal para calon bupati, cara memilih pun mereka tak tahu. Jadi, warga menyerahkan kepada para pemimpin siapa yang akan dipilih. Orang Papua di Pegunungan Tengah meyakini, pemimpin tidak mungkin menyengsarakan rakyatnya. Apa yang menurut pemimpin baik, baik pula bagi rakyat.
Meski saat Pilpres 9 Juli lalu saya tidak berada di Papua, saya dapat membayangkan proses pemilihan di kampung-kampung Pegunungan Tengah berjalan seperti halnya proses pemilihan bupati dan wakil bupati 2013.
Pilpres kali ini hanya menampilkan dua pasangan, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa sebagai pasangan nomor 1 dan Jokowi-JK sebagai pasangan nomor 2. Para bigman melihat Jokowi populer di daerah Pegunungan Tengah.
Saat saya terakhir ke Papua, Desember 2013, jauh sebelum Jokowi maju sebagai calon presiden, seorang bigman di Pegunungan Tengah mengatakan, “Jokowi bagus, ya, menjadi Gubernur Jakarta, sukses juga menjadi Wali Kota Solo. Kami (para pemimpin) sepakat memilih Jokowi kalau dia mencalonkan diri menjadi presiden.”
Sebaliknya, Prabowo dinilai sebagai tokoh lama, sama seperti Megawati, Jusuf Kalla, dan tokoh lain yang dinilai tidak membawa kemajuan bagi orang Papua.
Di daerah-daerah lain di Papua, penilaian atas Jokowo dan Prabowo mungkin saja berbeda. Seperti diakui KPU, di beberapa daerah lain popularitas Prabowo justru melebihi Jokowi. Pasti karena para bigman di daerah-daerah itu berpendapat, Prabowo lebih baik daripada Jokowi. Hanya kebetulan saja di Pegunungan Tengah pada bigman lebih menyukai Jokowi.
Sistem noken membuat hasil pemilihan presiden di Pegunungan Tengah Papua sangat bergantung pada hasil perang diplomasi antar-bigman. Dicapainya kemenangan mutlak 100 persen oleh salah satu pihak menunjukkan adanya bigman yang amat disegani di sana.
Jika hasilnya fifty-fifty, itu mengindikasikan tengah terjadi persaingan kepemimpinan yang ketat di antara kedua bigman yang paling berpengaruh.
Maka, besar-kecilnya perolehan suara di Pegunungan Tengah Papua, sesungguhnya refleksi pertarungan pengaruh di antara para bigman.
TITO PANGGABEAN
Antropolog; Peneliti Kebudayaan Masyarakat Pegunungan Tengah Papua
Kompas, Sabtu, 16 Agustus 2014

Menara Gading

Oleh JAMES LUHULIMA
Joko Widodo yang akrab disapa dengan Jokowi telah beberapa kali berada di posisi pemimpin, antara lain sebagai walikota dan gubernur. Dan, jika Mahkamah Konstitusi pada tanggal 21 Agustus mendatang akhirnya memutuskan tidak ada yang salah dengan pemilu presiden yang diselenggarakan pada 9 Juli lalu, Jokowi akan menjadi pemimpin tertinggi di negara ini.
Sama seperti Jokowi, Prabowo Subianto pun dalam karier militernya berulang kali menjadi pemimpin, terakhir sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Dan, setelah diberhentikan dari militer, Prabowo menjadi pemimpin Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).
Persoalan dengan para pemimpin adalah mereka selalu diistimewakan dan ditempatkan di tempat yang tertinggi. dan, jika mereka tidak berhati-hati, mereka akan ditempatkan sedemikian tinggi, seperti duduk di menara gading, dan terasing dari realitas di sekitarnya.
Saat menjadi walikota dan gubernur, melalui gaya blusukan­-nya, Jokowi memahami realitas di sekitarnya. Namun, seandainya nanti Jokowi menjadi presiden, tentunya gaya blusukan ini tidak mudah lagi dilakukan. Tentunya Jokowi harus mencari cara baru untuk tetap dapat memahami realitas di sekitarnya.
Pemimpin dikelilingi oleh orang-orang dekatnya, yang disebut dengan inner circle, orang-orang yang berada di lingkar dalam. Pengetahuan pemimpin mengenai keadaan di sekitarnya diperolehnya dari laporan orang-orang yang berada di lingkar dalam, yang belum tentu sesuai dengan realitas di sekitarnya. Dan, jika keadaan seperti itu terus berlangsung, lama-kelamaan pemimpin itu terasing dari realitas di sekitarnya.
Menjelang Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) 9 April 2014, dalam percakapan di kediamannya, Prabowo menyatakan keyakinannya bahwa Gerindra akan meraih 20 persen suara. Waktu itu beberapa survei yang diadakan menyebutkan perolehan suara Gerindra di bawah 12 persen. Ketika ditanya mengapa ia sangat yakin Gerindra akan meraih 20 persen suara, Prabowo menyebutkan, “Kami memiliki hitungan sendiri yang dilakukan oleh kader-kader Gerindra di daerah-daerah, dan dari hitungan kami, Gerindra akan meraih 20 persen suara.”
Namun, keyakinan itu tidak sesuai dengan realitas. Menurut perhitungan akhir Komisi Pemilihan Umum (KPU), Gerindra hanya meraih 11,81 persen suara.
Hal yang sama berulang pada pemilihan presiden secara langsung (pilpres) 9 Juli 2014. Hasil perhitungan akhir KPU menyebutkan, Jokowi unggul. Akan tetapi, Prabowo tetap yakin bahwa dialah yang menang dalam pilpres itu. Ia membawa persoalan itu ke Mahkamah Konstitusi.
Presiden Soeharto (1968-1998) mengalami hal itu. Kekuasaan yang semakin besar membuat orang-orang yang berada di lingkar dalamnya pada akhirnya hanya menyampaikan informasi yang ingin didengar oleh Soeharto. Asal bapak senang (ABS), dan bukan realitas yang ada.
Akibatnya, ketika pada awal tahun 1998 Soeharto menanyakan apakah rakyat masih menginginkan ia menjadi presiden untuk periode 1998-2003? Dengan serentak orang-orang yang berada di lingkar dalam, menjawab, “Masih!” Oleh karena pada saat itu mereka menilai, jawaban seperti itulah yang ingin didengar oleh Soeharto. Pada saat itu, tidak ada satu pun d antara orang di lingkar dalam yang berani memberikan jawaban yang berbeda. Salahnya, jika itu dapat dikatakan sebagai kesalahan, Soeharti percaya sepenuhnya dengan jawaban mereka.
Hasilnya, Soeharto didesak rakyat untuk berhenti dari jabatannya sebagai presiden, hanya 70 hari setelah ia dilantik sebagai Presiden untuk periode 1998-2003, tepatnya 21 Mei 1998. Soeharto kemudian menyalahkan orang-orang yang berada di lingkar dalamnya karena dianggap tidak benar-benar mencari tahu keinginan rakyat yang sesungguhnya.
Tanggal 18 Mei 1998 malam, dalam percakapan dengan Nurcholish Madjid di kediaman Jalan Cendana No. 8-10, Presiden Soeharto sempat disinggung soal pengunduran dirinya. Menurut Nurcholish (saat itu), Presiden Soeharto mengatakan, “Saya kan sudah lama ingin itu… (mengundurkan diri). Ini, kan, gara-gara Harmoko (Ketua MPR) dan Fraksi Karya Pembangunan (orang-orang Golkar yang berada di MPR).”
Namun, saat itu, tidak sedikit orang yang berpendapat, posisi Harmoko sangat sulit. Siapa yang berani mengatakan tidak pada Presiden Soeharto?
The Presidents Club
Presiden Amerika Serikat pun mengalami hal yang sama. Kekuasaan yang sangat besar yang tertumpu pada dirinya membuat ia terdorong tinggi ke atas. Namun, sistem demokrasi yang telah teruji lebih dari 200 tahun membuat mereka tidak terasing dari realitas di sekitarnya.
Namun, ada persoalan besar lain yang dihadapi Presiden AS. Tidak jarang ia terisolasi sendirian ketika ia harus mengambil keputusan penting dan strategis yang dampaknya sangat besar, atau memiliki kerahasiaan yang sangat tinggi. Sesuatu hal yang tidak dapat dibicarakan dengan siapa pun, termasuk orang-orang yang berada di lingkar dalam. Hal itu memberikan tekanan yang sangat besar pada diri presiden yang bersangkutan.
Jika tekanan itu sudah ke batas yang tidak dapat ditahan, ia tidak mempunyai pilihan lain, kecuali membicarakan hal itu dengan orang yang pernah berada di posisi yang sama, yakni presiden-presiden sebelumnya. Mereka pandai menjaga rahasia. John F Kennedy menelepon Dwight Eisenhower pada pagi hari menjelang ia mengumumkan akan mengisolasi Kuba yang bisa memicu perang nuklir. Bill Clinton menelepon Richard Nixon pada tengah malam untuk membahas tentang Rusia dan Tiongkok.
Presiden dan para mantan presiden itu terwadahi dalam kelompok yang disebut The President Club, atau kelompok yang paling ekslusif di dunia. Obama berhubungan baik dengan semua mantan Presiden AS. Obama pernah mengundang empat mantan presiden ke Ruang Oval di Gedung Putih, yakni George HW Bush (senior), George W Bush (yunior), Jimmy Carter, dan Bill Clinton, untuk ngobrol-ngobrol. Kelompok itu juga disebut dengan The Secret Society of American Presidents.
Kompas, Minggu, 16 Agustus 2014

Menulis Ulang Alam Nusantara

Oleh AHMAD ARIF
Letusan Gunung Tambora di Sumbawa tahun 1815 dan Samalas di Pulau Lombok tahun 1257 merupakan yang terkuat dalam sejarah modern. Demikian halnya tsunami Aceh tahun 2004, yang terkuat yang pernah tercatat. Namun, yang paling mematikan sebenarnya ketidaktahuan dan ketidaksiapan manusia menghadapi bencana.
Simak definisi kata “tsunami” yang tertera dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, terbitan Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia tahun 2008; “Tsunami adalah gelombang laut dahsyat (gelombang pasang) yang terjadi karena gempa bumi atau letusan gunung api di dasar laut (biasanya terjadi di Jepang dan sekitarnya)”.
Definisi itu dibuat setelah tsunami raksasa yang menghancurkan Aceh pada 26 Desember 2004. Terasa janggal karena menyebut tsunami seakan tak biasa terjadi di Nusantara. Namun, “biasanya terjadi di Jepang dan sekitarnya”.
Kata tsunami memang berasal dari bahasa Jepang, tsu dan nami yang berarti ombak pelabuhan. Kata ini tercatat pertama kali dipakai dalam Sanpuki, sejarah tertuis Jepang untuk mengisahkan kejadian tsunami yang menghancurkan pantai dan pelabuhan di pantai timur Sendai, 2 Desember 1611.
Namun, frekuensi gempa dan tsunami mematikan di Indonesia sebenarnya tak kalah dibandingkan Jepang. Berdasar data National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Amerika Serikat, dalam kurun 1800-2014, Indonesia dilanda 262 gempa bumi bermagnitudo M 5 hingga M 9,1 atau sekitar 1,22 per tahun. Jumlah korban tewas 33.713 jiwa. Rangkaian gempa itu memicu 124 tsunami yang menewaskan 237.793 jiwa. Jika ditotal, penduduk di Indonesia yang tewas akibat gempa dan tsunami pada periode ini mencapai 271.506 jiwa. Bencana gempa dan tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 tercatat menyebabkan jumlah kematian terbanyak dalam sejarah modern.
Pada kurun yang sama, menurut data NOAA, Jepang dilanda 255 gempa bumi bermagnitudo M 5 hingga M 9. Jumlah korban tewas akibat gempa mencapai 222.052 jiwa. Rangkaian gempa ini memicu 124 tsunami yang menewaskan 55.759 jiwa. Jika ditotal, penduduk Jepang yang tewas akibat gempa dan tsunami dalam periode ini mencapai 277.811 jiwa.
Lubang sejarah
Kepala Badan Geologi Surono, dalam diskusi di Bentara Budaya, Jakarta, Jumat (15/8), mengatakan, pengetahuan kita tentang alam Nusantara masih sangat minim. Apalagi, karakter masyarakat cenderung menolak mengingat kejadian bencana yang mematikan.
Menurut Surono, Indonesia juga menjadi negara dengan penduduk terbanyak di dunia yang berpotensi terpapar letusan gunung api. “Sekitar 4 juta penduduk Indonesia tinggal atau beraktivitas di sekitar gunung api,” kata dia.
Di Jepang, tutur Surono, masyarakat sudah lupa dengan letusan gunung api besar karena kejadiannya 7.000 tahun lalu. “Di Indonesia, Tambora dan Krakatau baru terjadi sekitar 200 tahun. Jumlah korban di dua gunung ini lebih dari separuh jumlah korban gunung api di seluruh dunia. Tahun lalu, kami menemukan bahwa letusan Samalas di kompleks Gunung Rinjani tahun 1257 ternyata terbesar,” papar dia.
Geolog Indro Pratomo, yang turut meneliti soal Samalas mengatakan, letusan gunung ini kemungkinan mengubur Kerajaan Lombok dan bagian timur Bali. Bahkan, dampak letusannya pun global. “Diduga penyebab kematian massal di Inggris pada abad ke-13 disebabkan abu Samalas yang memengaruhi iklim global,” ungkap dia.
Menurut Surono, terungkapnya letusan Samalas sebenarnya inisiatif sejumlah peneliti dari luar negeri, khususnya Perancis, yang menemukan jejak rempah vulkanik di Kutub Utara. “Padahal, letusan Samalas ini sebenarnya ada juga dalam Babad Lombok, yang teksnya kami  temukan di Leiden, Belanda.”
Anak Gunung Barujari yang tumbuh di tengah kaldera Gunung Rinjani; baru-baru ini dikenal para ahli dengan nama Gunung Samalas. Pada akhir 2013, sejumlah ahli mengungkap letusan mahadahsyat Gunung Samalas pada tahun 1257 yang diduga menghancurkan kerajaan di Lombok dan timur Bali. Letusan itu, selain meninggalkan jejak berupa kaldera besar yang sekarang menjadi Segara Anakan, meninggalkan bukti material erupsi yang ditemukan di Kutub Utara     
Kajian kolaboratif
Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) I Made Griya mengatakan, temuan-temuan arkeologis menunjukkan, peradaban Nusantara pada masa lalu sangat dipengaruhi bencana alam. Namun, hingga kini, kajian-kajian kolaboratif yang mempertemukan perspektif geologi dan arkeologi masih jarang dilakukan.
Penggalian Balai Arkeologi Bali dan Puslit Arkenas di lereng Tambora, tepatnya di Desa Oi Bura, Tambora, Kabupaten Bima, sejak 2006-2014 menemukan bukti penting kondisi permukiman sebelum letusan. Beberapa temuan itu adalah balok kayu bekas rumah yang berarang, tembikar, keramik, peralatan rumah tangga, gabah dan kopi, perhiasan, senjata dari logam, serta kerangka manusia. Temuan ini membuktikan masyarakat Tambora saat itu sudah maju dan mengenal perdagangan melalui lautan dengan negara manca, khususnya Tiongkok.
Arkeolog Puslit Arkenas, Sonny Wibisono, mengatakan, tak hanya membawa petaka, alam Nusantara yang didominasi gunung dan lautan juga memberi berkah kesuburan, termasuk komoditas endemik yang pernah jadi primadona perdagangan dunia, seperti cengkeh dan pala.
Selain itu, kata Sony, kondisi alam ini membentuk kebudayaan Nusantara yang khas. Contohnya, keberadaan batu-batuan gunung api yang dijadikan material candi-candi. “Jika tidak berlimpah material batu, Borobudur mungkin tidak bisa begitu megah. Jadi, kondisi alam ini juga menciptakan teknologi sehingga berbeda dengan candi di India,” tutur dia. “Beda dengan tanah liat yang lebih fleksibel, untuk membentuk batu, perhitungannya lebih rumit. Tidak boleh salah memahat.”
Oleh karena itu, pembangunan Indonesia seharusnya dilandasi pemahaman Nusantara secara utuh, baik ancaman bencananya maupun kekayaan alamnya. Gagal memahami kondisi alam Nusantara dan sejarah peradabannya – yang sangat dipengaruhi gunung dan laut – bisa membawa bencana baru.
Bencana itu bisa karena alam atau kesalahan kebijaksanaan. Perlu diketahui, sebagian pantai di Tanah Air ternyata menyimpan bahaya tsunami. Tak bisa lagi sembarangan membangun fasiltias pubik dan fasilitas strategis di sana.
Kompas, Sabtu, 16 Agustus 2014

Monday 4 August 2014

13 Apostles (Bagian 5)

Tomas
Catatan mengenai Tomas banyak ditemui dalam tulisan Yohanes. Nama Tomas berasal dari bahasa Aram. Dalam bahasa Grika, nama tersebut sama dengan Didimus (Δίδυμος) (Yoh 11:16; 20:24).
Setelah Lazarus mati, Yesus mengajak para murid untuk berangkat ke Betania mengunjungi dua saudari Lazarus. Tomas berkomentar, “Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia.” (Yoh 11:16)
Saat perjamuan malam terakhir, Tomas bertanya mengenai jalan menuju Rumah Bapa. (Yoh 14:5-6)
Tomas tidak bersama dengan murid Yesus lainnya saat penampakan pertama Yesus pasca kebangkitanNya. Tomas yang disebut Didimus bersikap skeptis saat diberi informasi bahwa para rekannya telah melihat Yesus yang bangkit dari kematianNya. Bahkan Tomas menyatakan tidak percaya sebelum melihat dan memasukkan jarinya ke bekas paku pada telapak tangan dan bekas tusukan tombak pada perutNya. Delapan hari kemudian Yesus kembali menampakkan diri ke para muridNya dan kali ini Tomas hadir. Yesus pun menantang Tomas melakukan apa yang pernah dikatakannya, tetapi Tomas hanya menjawab “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yoh 20:24-29)
Tomas juga disebutkan bersama Simon Petrus, Natanael, Yakobus, Yohanes, dan dua murid lainnya, di pantai danau Tiberias saat peristiwa penampakan Yesus untuk yang ketiga kalinya (Yoh 21:2).
Berdasarkan tradisi, Tomas berlayar menuju India pada tahun 52 bersama kapal milik Habban, pedagang Raja Gondophare, untuk mengabarkan Injil, terutama pada komunitas Yahudi di India. Tomas mendarat di kota pelabuhan Muziris, daerah Kerala, pesisir Malabar, barat daya India.
Selama 17 tahun Tomas berkeliling menyebarkan Injil di India. Tomas mendirikan tujuh setengah gereja di Kerala, yang disebut ezharappallikal. Tujuh setengah gereja tersebut antara lain di Maliankara (Kodungallur), Palayoor, Kottakavu (Paravur), Kokkamangalam, Niranam, Nilackal (Chayal), Kollam, dan setengah gereja di Thiruvithamkode.
Setelah membangun gereja tersebut, Tomas berkelana menuju pesisir timur India. Menurut legenda, Tomas mendapat kepercayaan raja Mylapore, Mahadevan, yang memberikan bantuan kayu untuk membangun gereja di daerah yang sekarang disebut Santhome. Kedekatannya dengan raja membuat Tomas tidak disukai banyak pejabat istana. Karena itu Tomas mengasingkan diri ke sebuah gua di Bukit Kecil, dekat Saidapet.
Tradisi Kristen India menyebutkan Tomas mati ditombak dari belakang saat berdoa di depan salib di bukit yang sekarang disebut Bukit Santo Tomas, pada tahun 72. Pada tahun 1523, sebuah rumah doa didirikan di titik lokasi Tomas dibunuh. Jenazah Tomas dimakamkan di gereja kecil yang dibangunnya di Santhome, Mylapore.
Antara tahun 220-232, sebagian besar relik Tomas dipindahkan ke Edessa, Asia Kecil (Turki), oleh pedagang bernama Khabin. Pada mulanya relik belum mendapat tempat yang tetap. berpindah dari satu gereja ke gereja lain di Edessa. Pada 22 Agustus 394, relik dipindahkan ke Basilika Santo Tomas yang baru selesai dibangun. Saat pemindahan ini, sebagian relik diberikan ke tiga gereja di Italia, yaitu Katedral Nola, Katedral Brescia, dan Katedral Milan. Nilai penting Edessa makin meredup setelah tahun 609 akibat serangan bertubi-tubi dari Persia, Arab, dan Bizantium, hingga akhirnya kota tersebut sepenuhnya runtuh di tahun 1146.  
Setelah kejatuhan Edessa, relik dari kota itu diamankan ke Pulau Khios. Berdasarkan tradisi Gereja Ortodoks Siria, pemindahan ini dilakukan pada 6 Oktober 1146. Di Khios, relik yang disimpan dalam peti perak tersebut disemayamkan dalam sebuah gereja yang didedikasikan untuk Tomas. Keaslian relik ditunjang oleh peti makam Armenia-Mesopotamia dengan relief dan tulisan nama Tomas terukir di atasnya. Batu makam ini sekarang disimpan di Ortona. Peti perak tersebut merupakan pemberian Jenderal Anatolius pada tahun 442-443, saat relik tersebut masih di Edessa.
Pada tahun 1256, mulai terjadi perang antara Republik Venesia dan Republik Genoa karena perebutan area timur Laut Tengah. Venesia melancarkan serangan ke beberapa pulau yang dikuasai Genoa, salah satunya adalah Pulau Khios. Tiga kapal perang dikirim dari Ortona untuk ekspedisi ini di bawah pimpinan Leone Acciaiuoli (…-1300). Setelah menghancurkan Pulau Khios, dia menemukan makam Tomas dalam gereja, kemudian membuka dan mengambil isinya untuk dibawa kembali ke Ortona. Relik Tomas tiba di Ortona pada 6 September 1258 dan selanjutnya disemayamkan dalam Gereja Santo Tomas.
Selama di Ortona, relik Tomas tidak sepenuhnya mendapatkan kedamaian. Cobaan pertama dan terbesar terjadi pada tahun 1566. Pasukan Turki membumihanguskan Ortona. Isi gereja diacak-acak, kotak perak relik dirampas setelah isinya dibuang ke tanah. Pada hari berikutnya biarawan gereja mencari dan mengumpulkan potongan-potongan tulang yang menghitam di antara abu. Relik itu pada tahun 1612 dimasukkan peti baru bersepuh tembaga, yang dibuat oleh Tommaso Alessandrini. Beberapa tahun kemudian, gereja direkonstruksi. Gangguan kedua terjadi pada tahun 1674 berupa percobaan pencurian oleh orang Venesia.
Pada 18 Februari 1799, pasukan Perancis di bawah pimpinan Jenderal Couthard (?) kembali merusak relikui dan membuang isinya ke tanah. Pada 20 April 1800, relik ditempatkan kembali ke dalam kotak tembaga dan makam direstorasi. Saat perang dunia, pada tahun 1942, katedral dihancurkan tentara Jerman, tetapi relik dalam kondisi aman.
Pada 6 Desember 1953, sebagian relik dari Ortona, yaitu tulang lengan kanan, diserahkan dan disimpan di Kuil Marthoma Pontifical, Kerala, India. Kuil ini merupakan salah satu gereja yang dibangun oleh Tomas di Kerala.
Sebagian kecil relik masih tersimpan di Basilika Santo Tomas di Chennai, termasuk mata tombak yang digunakan untuk membunuhnya.
Makam Lazarus, Betania (al Eizariya)
Danau Tiberias
Kuil Bukit Kecil, Chennai
Kapel di Bukit Santo Tomas, Chennai
Basilika Santhome, Chennai
Mata tombak yang digunakan untuk menikam Tomas dalam museum Basilika Santhome, Chennai
Gereja Rasul Santo Tomas, Ortona, Italia
Relikui berisi relik Tomas dalam Gereja Rasul Santo Tomas, Ortona, Italia
Batu makam bergaya Armenia-Mesopotamia dalam Gereja Rasul Santo Tomas, Ortona, Italia
Kuil Marthoma Pontifical, Kerala, India
Relik lengan kanan Tomas yang tersimpan dalam Kuil Marthoma Pontifical, Kerala, India
Referensi
Basilica of the National Shrine of St. Thomas. http://www.santhomebasilica.com
St. Thomas Mount National Shrine. http://www.stthomasmount.org
Medlycott AE (2005) India and the Apostle Thomas. Piscataway: Gorgias Press
Relics of St. Thomas the Apostle, Ortona. Diambil dari: http://visitabruzzo.altervista.org/en/2013/01/relics-of-st-thomas-the-apostle-ortona/
Numismatica e Storia: L’attacco dei turchi ottomani contro Abruzzo e Molise nel 1566. http://numistoria.altervista.org/blog/?p=2474
New Discovery on St. Thomas. Diambil dari: http://discoveryonstthomas.blogspot.com/
Matius
Markus dan Lukas menyebutnya Lewi anak Alfeus (Mrk 2:14). Matius dipanggil di Kapernaum, saat bekerja menjalankan profesinya sebagai petugas bea cukai. Setelah memanggil Matius untuk ikut denganNya, Yesus bersama dengan murid-muridNya dan orang berdosa mampir makan bersama di rumah Matius. Hal ini menjadi bahan pergunjingan orang Farisi (Mat 9:9-13; Mrk 2:13-17; Luk 5:27-32). Kejadian pemanggilan Matius ini menjadi istimewa karena menunjukkan Yesus tidak peduli dengan reputasinya. Beliau tidak risih bergaul dengan orang berdosa, bahkan dengan kasihNya orang berdosa dijangkau dan diubahkan menjadi abdi Tuhan.
Matius dipercaya menjadi penulis Injil yang ditempatkan menjadi buku pertama dalam Perjanjian Baru. Testimoni pertama kali mengenai hal ini dipaparkan Eusebius dari Kaisaria.
Penulisan Injil Matius diperkirakan dilakukan sekitar kuarter terakhir abad pertama, atau antara tahun 70-100 M. Banyak lokasi yang diduga menjadi tempat Matius menulis Injilnya, antara lain Antiokhia, Yerusalem, Galilea, Aleksandria, Kaesarea Maritima, Funisia, atau yang paling umum adalah sisi timur Yordan. Lokasi terakhir didasarkan dari pernyataan Matius yang memandang Palestina sebagai sisi lain dari Yordan (Mat 4:25; 19:1).
Selama sekitar 15 tahun, Matius melayani komunitas Yahudi di Yudea. Kemudian pelayanannya meluas ke kalangan non-Yahudi di Makedonia, Persia, Parthia, hingga Ethiopia.
Ada banyak versi dan lokasi kematian Matius. Ada yang menyebutkan Matius mati sebagai martir, sedangkan informasi lainnya menyebutkan dia mati alami karena usia lanjut, baik di Ethiopia maupun di Makedonia. Namun versi yang paling populer adalah Matius dibunuh dengan tombak-kapak (halberd) di kota Nadabah, Ethiopia, antara tahun 60-70.
Di pesisir utara Danau Issyk-Kul, di area anak sungai Tyup, terdapat tempat yang disebut Tanjung Terang (Svetly Mys), dekat Anan’yevo, Kirgistan. Di sini disebutkan pernah ada sebuah Biara Ortodoks Trinitas Suci, yang dipercaya merupakan tempat relik Matius disimpan. Pasca kematiannya sebagai martir di Siria, antara abad kedua dan ketiga, relik Matius dibawa ke tempat ini oleh para pengungsi Kristen yang menghindari penganiayaan Romawi.
Bukti makam dikuatkan oleh sebuah peta Katalan yang dibuat pada tahun 1375 oleh Abraham Cresques. Peta yang diterjemahkan oleh Semenov Tian Shiansky pada 1850 tersebut memuat Danau Issyk-Kul dengan penandaan pada biara yang ada di pesisir utara, pada daerah anak sungai Tyup berupa kalimat: “Di sini terdapat biara saudara-saudara Armenia, tempat jenazah Rasul Matius Pengabar Injil dimakamkan.” Berdasarkan informasi peta yang tersimpan di Venesia itu, Semenov berusaha menemukan biara yang dimaksud tetapi tidak berhasil. Pada September 2006, tim ekspedisi yang dipimpin sejarawan Kirgistan, Vladimir Ploskikh melaporkan penemuan hunian abad pertengahan dengan pemakaman di Semenanjung Zayachy, pesisir timur laut Danau Issyk-Kul, tetapi hipotesis penemuan biara masih memerlukan pembuktian lebih lanjut.
Kapan pemindahan pertama kali relik ke barat, yaitu kedatangannya ke Bretagne, Perancis, tidak diketahui pasti. Demikian juga waktu pemindahan dari Bretagne ke Paestrum, Italia. Di Bretagne, relik sempat disimpan dalam biara yang terletak di tanjung Santo Matius (Biara Saint-Mathieu de Fine-Terre).
Pemindahan berikutnya ke Salerno yang terjadi pada tahun 954 tercatat dengan baik. Relik kemudian disemayamkan dalam sebuah katedral di Salerno dan Matius dijadikan santo pelindung. Kekacauan politik terjadi di Salerno pada abad ke-10 dan 11. Pasukan Arab menyerang Langobardi dan Bizantium menguasai separuh bagian selatan semenanjung Italia. Tidak jelas bagaimana nasib relik pada masa itu.
Pasukan Normandia yang dipimpin Robert Guiscard (1015-1085) berhasil merebut Salerno pada tahun 1076. Uskup Agung Salerno, Alfanus, menemukan kembali relik Matius. Katedral baru hasil kerja sama Robert Guiscard, Alfanus, dan Paus Gregorius VII dibangun sebagai tempat persemayaman Matius.
Pesisir utara Danau Issyk-Kul, Kirgistan
Reruntuhan di dasar Danau Issyk-Kul, Kirgistan
Reruntuhan biara di tanjung Santo Matius, Bretagne, Perancis
Katedral Salerno, Italia
Makam Matius dalam Katedral Salerno
Jendela tempat relik Matius tersimpan di Katedral Salerno
Referensi
Allison DC (2001) Matthew. Dalam: Muddiman J, Barton J (Editor) The Oxford Bible Commentary: The Gospel. New York: Oxford University Press, pp. 27-84
Bonte B, Småberg T (2013) Devising Order: Socio-religious Models, Rituals, and the Performativity of Practice. Leiden: Koninklijke Brill
Romey K (2012) Issyk Kul Archaeological Expedition: Search for a Sunken Palace. Diambil dari: http://asiamountains.net/en/catalog/expeditions/2012-issyk-kul-expedition-search-for-a-sunken-palace
Lukashov N (2007) Remains of Ancient Civilization Discovered on the Bottom of a Lake. Diambil dari: http://en.ria.ru/analysis/20071227/94372640.html
Svetly Mys – Bright Cape. Diambil dari: http://ianbek.kg/?p=11514
St. Matthew, the First Disciple of Jesus Martyr. Diambil dari: http://www.scriptureseeds.org/Martyrs/Matthew.aspx
A History of Ethiopian Church. Diambil dari: http://shebapost.com/content/history-ethiopian-church
Saint Matthew. Diambil dari: http://livingspace.sacredspace.ie/F0921s/
Yakobus anak Alfeus
Terdapat banyak versi mengenai identitas Yakobus anak Alfeus (Klopas). Pandangan paling umum adalah sebagai Yakobus Muda (Grika: Iacobos ho mikros, Ἰακώβος ο μικρος). Yakobus Muda disebutkan adalah anak Maria, salah seorang dari antara perempuan yang mengikuti Yesus di hari penyaliban dan kebangkitannya (Mat 27:56; Mrk 15:40-41, 16:1; Luk 24:10).
Tidak ada kesepakatan antar-denominasi gereja mengenai hubungan Yakobus dengan Yesus ini. Dalam tulisan ini saya menggunakan sudut pandang Yakobus sebagai saudara Yesus. Markus mencatat nama saudara Yesus adalah Yakobus, Yoses, Yudas, dan Simon (Mrk 6:3). Markus dan Matius menulis salah satu perempuan yang berada dekat salib adalah Maria ibu Yakobus dan Yoses (Yusuf?) (Mrk 15:40; Mat 27:56).
Yohanes menyebutkan salah satu Maria yang berada dengan salib Yesus adalah Maria istri Klopas, yang juga merupakan saudari dari Maria ibu Yesus (Yoh 19:25). Meskipun demikian, adalah suatu hal yang tidak lazim dalam satu keluarga terdapat dua saudara kandung dengan nama yang sama. Berdasarkan sejarah gereja, setelah kematian Yakobus, posisinya sebagai pemimpin jemaat di Yerusalem digantikan oleh Simon anak Klopas. Jika semua informasi ini digabung berarti ada ‘dua’ orang Maria dengan susunan anak Yakobus, Yoses, dan Simon. Yang pertama adalah Maria istri Yusuf, sedangkan yang kedua adalah Maria istri Klopas. Suatu kebetulan yang luar biasa sehingga para ahli menyimpulkan kedua Maria itu adalah orang yang sama. Klopas diduga kuat adalah saudara Yusuf. Kemungkinan Yusuf mati tanpa memiliki anak hasil hubungannya dengan Maria. Sesuai dengan tradisi Yahudi, dalam kondisi ini saudara pria dapat menggantikan kedudukan Yusuf (Kej 38:9). Jika demikian, tulisan Yohanes seharusnya terbaca, “Dan dekat salib Yesus berdiri ibuNya, Maria istri Klopas, dan Maria Magdalena.
Versi yang kurang populer adalah Yakobus sebagai saudara Matius. Versi ini didasarkan pada tulisan Markus bahwa Matius (Lewi) adalah anak Alfeus, nama yang sama dengan ayah Yakobus (Mrk 2:14).
Paulus menyebutkan Yesus sempat menemui Yakobus secara pribadi sebelum kejadian kenaikanNya (1 Kor 15:5-7). Kemungkinan ini untuk meneguhkan iman Yakobus yang sebelumnya disebutkan kurang percaya kepada Yesus (Yoh 7:5). Hal ini diperkuat dan menjadi alasan mengapa Yesus menyerahkan ibuNya kepada Yohanes, bukan kepada saudara-saudaraNya. Paulus juga menyebutkan Yakobus sebagai pilar yang pertama dari tiga pilar jemaat Tuhan (Gal 2:9), saudara Yesus (Gal 1:19), dan memiliki istri (1 Kor 9:5).
Pasca pembunuhan Yakobus anak Zebedeus, Simon Petrus sempat ditangkap namun dibebaskan malaikat. Selepasnya dari penjara, Simon Petrus menuju rumah Maria ibu Yohanes Markus. Dia menemui orang-orang yang sedang berkumpul dan berdoa di rumah itu, menceritakan pengalamannya selama di penjara dan meninggalkan pesan untuk menyampaikan berita itu ke Yakobus dan yang lainnya sebelum pergi (Kis 11:17). Eusebius menyebutkan Yakobus yang disebut saudara Tuhan sebaga yang pertama dalam daftar pemimpin jemaat di Yerusalem.
Paulus menuliskan dalam suratnya bahwa setelah pertobatannya, dari Damsyik dia tidak langsung ke Yerusalem, melainkan ke tanah Arab dan kemudian kembali lagi ke Damsyik. Tiga tahun kemudian, Paulus ke Yerusalem. Dia menyebutkan hanya ada dua rasul yang tersisa di Yerusalem, yaitu Simon Petrus dan Yakobus (Gal 1:17-19).
Yakobus dipercaya memiliki pengaruh yang disegani kalangan lain, bahkan oleh Simon Petrus. Hal ini bisa tergambarkan bagaiman perilaku Simon Petrus di Antiokhia. Saat itu Simon Petrus makan bersama dengan orang-orang percaya bukan keturunan Yahudi (golongan tidak bersunat), tetapi saat orang-orang Yakobus datang, Simon Petrus dituliskan Paulus mengundurkan diri karena takut (Gal 2:11-14). Yakobus juga sosok pertama yang didatangi saat mengunjungi Yerusalem (Kis 21:18).
Dalam sidang pembahasan tuntutan kelompok yang dulunya Farisi tentang perlunya kaum non-Yahudi yang bertobat untuk disunat dan mengikuti hukum Musa, Yakobus berperan sebagai penengah (Kis 15:1-21).
Sejarawan Hegesipus menyebutnya Yakobus yang Adil (James the Just) karena kehidupannya yang lurus berdasarkan hukum Taurat, tidak makan daging, tidak minum anggur, tidak mengurapi dirinya dengan minyak, tidak mandi, mengenakan pakaian imam, serta tidak pernah mencukur rambut dan jenggotnya. Kulit lutut Yakobus dikabarkan mengeras dan kapalan, serupa lutut unta, karena dia selalu berdoa secara teratur dengan posisi berlutut.
Terdapat beberapa versi kematian Yakobus. Hegesipus, Epifanius, dan Klemen dari Aleksandria menuliskan Yakobus mati di Yerusalem, sekitar 62. Pada tahun itu, sempat terjadi kekosongan posisi prokurator Romawi di Yudea karena kematian prokurator saat itu, Festus, dan keterlambatan kedatangan penggantinya, Albinus. Kesempatan ini digunakan Imam Besar Ananias untuk menangkap dan menghakimi Yakobus. Ananias dan Sanhedrin membawa Yakobus ke atas Bait Allah, di dinding tenggara, dan menuntutnya menyatakan bahwa Yesus bukan Mesias. Yakobus justru mengatakan dengan lantang bahwa Yesus adalah Anak Allah. Orang-orang Yahudi yang marah pun mendorong Yakobus jatuh ke Lembah Kidron, dan melemparinya dengan batu. Dalam posisi berlutut Yakobus berdoa meminta pengampunan untuk para penyiksanya. Akhirnya, hantaman tongkat ke kepala Yakobus mengakhiri hidup Yakobus di dunia. Para sejarawan tersebut menyebutkan Yakobus dimakamkan di area yang tidak jauh dari Bait Allah.
Eusebius mencatat bahwa kaum Yahudi membawa Yakobus ke tengah-tengah kerumunan massa dan meminta dia untuk menyangkal imannya kepada Yesus. Tetapi sebaliknya, Yakobus malah bersuara keras menyatakan Yesus sebagai Anak Allah. Hal ini menyulut kemarahan massa Yahudi dan akhirnya membunuhnya. Pembunuhan ini menggunakan kesempatan keadaan yang kacau pasca kematian Festus di Yudea, yang menyebabkan kekosongan posisi prokurator.
Yakobus dimakamkan dekat Bait Allah, di tempat dia menjadi martir. Sebuah tonggak didirikan sebagai penanda makam yang masih ada hingga masa Kaisar Hadrianus, yang berkuasa antara tahun 117-138. Tidak ada informasi selanjutnya mengenai nasib makam hingga pertengahan abad keempat, saat makam ditemukan kembali oleh Epifanius. Pada akhir tahun 351, Uskup Cyril memindahkan relik ke Yerusalem. Terdapat laporan pemindahan relik lebih lanjut ke sebuah gereja, masih di Yerusalem, yang dibangun pada masa pemerintahan Kaisar Justinius II (565-578) dan didedikasikan untuk Yakobus. Informasi yang lain menyebutkan relik dibawa ke Konstantinopel sekitar tahun 572. Relik akhirnya dipindahkan ke Roma (dari Yerusalem atau Konstantinopel?) dan disemayamkan dalam sebuah basilika yang pembangunannya dimulai pada masa Paus Pelagius I (556-561) dan selesai pada masa Paus Yohanes III (561-574).  
Tradisi yang lain menyatakan Yakobus mati disalib di Ostrakin (sekarang El Felusiyat), Mesir, saat menyebarkan Injil di daerah tersebut.
Sudut tenggara Bait Allah dilihat dari dasar Lembah Kidron
Lembah Kidron dilihat dari dasar sudut tenggara Bait Allah
Referensi
Cruz JC (1984) Relics. Huntington: Our Sunday Visitor
McKnight S (2011) The Letter of James. Cambridge: Wm. B. Errdmans Publishing
Tabor JD (2006) The Jesus Dynasty: The Hidden History of Jesus, His Royal Family, and the Birth of Christianity. New York: Simon and Schuster.
Tadeus atau Yudas
Markus dan Matius menyebutkan sosok Yudas dengan nama Tadeus (Mat 10:3; Mrk 3:18). Sedangkan Lukas dan Yohanes menggunakan nama Yudas, yang sebagai pembeda dengan sosok Yudas Iskariot adalah dengan menyebutkan hubungannya dengan Yakobus atau yang bukan Iskariot (Luk 6:16; Kis 1:13; Yoh 14:22). Ada kontroversi mengenai hubungan dengan Yakobus dari tulisan Lukas, yaitu sebagai anak atau saudara. Yudas sendiri dalam suratnya menyebutkan diri sebagai saudara Yakobus (Yud 1). Anggapan bahwa Yudas Tadeus adalah saudara Yakobus, sekaligus saudara Yesus didasarkan pada surat tersebut dan daftar nama saudara Yesus (Mat 13:55; Mrk 6:3).
Berdasarkan tradisi, Yudas mengabarkan Injil di daerah Yudea, Samaria, Idumea, Siria, Mesopotamia, dan Libya. Tradisi juga menyatakan Yudas menjadi martir pada tahun 65 di Beirut, bersama dengan Simon orang Zelot. Simbol martir Yudas adalah kapak, yang menggambarkan senjata yang membunuhnya.
Versi lokasi makam yang paling umum adalah di makam yang sama dengan Simon orang Zelot di Basilika Santo Petrus. [Tradisi yang lain menyebutkan Yudas dimakamkan di sebuah biara Armenia, di sebuah pulau bagian utara danau Issyk-Kul, Kirgistan. Ada yang menyatakan bahwa jenasah masih ada di tempat tersebut, tetapi ada juga pendapat yang menyebutkan jenasah telah dipindahkan ke suatu tempat di Pegunungan Pamir.]
Simon orang Zelot
Simon hanya disebutkan dalam daftar rasul. Sebagai pembeda dengan Simon Petrus, dia disebut Kananaios – orang Kanani (Mat 10:4; Mrk 3:18) atau orang Zelot (Luk 6:15; Kis 1:13). Kananaios, berasal dari kata Ibrani qana yang berarti pemegang teguh. Bisa jadi ini menggambarkan bahwa Simon seorang pemegang teguh atau bahkan fanatik terhadap hukum Taurat sebelum pemanggilannya menjadi murid Yesus.
Ada pendapat bahwa Zelot ini mengacu pada kelompok garis keras yang membenci penjajah Romawi dan antek-anteknya di Israel. Tetapi anggapan ini tidak mungkin karena kelompok tersebut baru berdiri sekitar tahun 66 M. Yang lain beranggapan bahwa kata kananaios tersebut untuk menyatakan Simon berasal Kana. Hal ini juga dimentahkan karena jika mengacu kata kota tersebut maka harusnya menjadi kanaios. Meskipun demikian, gereja di Yunani mengidentifikasi Simon sebagai Natanael, yang merupakan pengantin pria dalam mujizat pertama Yesus: pengubahan air menjadi anggur.
Sama halnya dengan namanya, ada beberapa versi area pelayanan dan kisah kematian Simon. Tradisi Abisinia menyebutkan Simon menyebarkan Injil di daerah Samaria. Tradisi Yunani menyatakan Simon pergi ke daerah Laut Hitam, Mesir, Afrika Utara, dan Inggris. Jemaat Georgia percaya dia ada di Kolkhis. Berdasarkan kitab apokrif, Simon melayani bersama Yudas di Persia.
Tradisi timur menyatakan bahwa Simon meninggal dunia dengan tenang di Edesa, Mesopotamia. Sedangkan tradisi barat percaya dia mati sebagai martir di Yerusalem, saat menggantikan Yakobus anak Alfeus menjadi pemimpin jemaat di Yerusalem. Komunitas Kristen Ethiopia menyatakan bahwa Simon disalib di Samaria. Legenda yang berkembang sejak abad VI menyebutkan Simon dan Yudas menjadi martir di Suanir, Persia. Itu pun ada berbagai versi cara kematiannya, seperti dipotong menjadi dua dengan gergaji atau pedang, dipukul dengan tongkat dan kemudian dipenggal. Moses dari Khoren menulis bahwa Simon menjadi martir di Weriofora, Iberia. Dalam Legenda Emas disebutkan Simon mati digergaji menjadi dua oleh imam pagan.
Ada beberapa tempat yang diklaim menyimpan reliknya, antara lain bawah altar utama Basilika Santo Petrus (bersama dengan relik Yudas dan Petrus), Roma, dan Basilika Santo Serninus, Toulouse, Perancis.
Basilika Santo Serninus, Toulouse, Perancis
Yudas Iskariot
Yudas Iskariot memiliki peran penting dalam karya penebusan yang dilakukan Yesus. Yudas adalah anak dari Simon Iskariot (Yoh 6:71; 13:26). Nama Iskariot, selain sebagai pembeda dengan Yudas Tadeus, dipercaya menunjukkan daerah asalnya. Iskariot dalam bahasa Ibrani īsh Keriōth, yang berarti pria dari Keriot (Yos 15:25), yang merupakan kota kecil di selatan Yudea. Dengan demikian penamaan ini menunjukkan bahwa Yudas Iskariot adalah satu-satunya murid yang tidak berasal dari Galilea.
Dalam rombongan Yesus, Yudas Iskariot memegang jabatan sebagai bendahara (Yoh 12:6; 13:29). Yohanes menuding Yudas Iskariot melakukan korupsi atas uang yang dipegangnya.
Saat Maria mengurapi Yesus dengan minyak narwastu murni yang sangat mahal, Yohanes menyebutkan dengan jelas bahwa Yudas Iskariot memprotes tindakan tersebut (Yoh 12:4-5). Sementara Matius dan Markus tidak menuliskan nama. Matius menyebut bahwa para murid yang melakukan protes (Mat 26:8-9), sedangkan Markus hanya menyatakan ada orang yang marah atas tindakan wanita tersebut. Yesus menegur tindakan murid tersebut.
Saat perjamuan Paskah, Yesus memberikan tanda mengenai murid yang akan menyerahkannya. Yohanes mencatat Yesus mencelupkan roti dan memberikannya kepada murid yang dimaksud (Yoh 13:26-30). Sedangkan Matius dan Markus menuliskan bahwa murid itu akan mencelupkan tangan (roti) ke pinggan yang sama dengan Yesus (Mat 26:23-25; Mrk 14:17-21). Setelah Yesus menyebutkan tanda tersebut, Yudas Iskariot masih bertanya bahwa murid itu bukan dirinya kepada Yesus (Mat 26:25). Hanya Yohanes yang mencatat Yudas Iskariot pergi saat perjamuan masih berlangsung. Para murid yang lain menyangka Yesus menyuruhnya untuk keluar melakukan sesuatu berkaitan dengan uang yang dibawanya (Yoh 13:29-30).
Yohanes menyebutkan Yudas Iskariot kerasukan iblis setelah menerima roti dari Yesus (Yoh 13:27), tetapi Lukas menulis bahwa Yudas sudah dipengaruhi iblis saat menjelang Paskah (Luk 22:3-6). Ada kemungkinan Yudas menyerahkan Yesus karena rasa sakit hati akibat teguranNya setelah insiden pengurapan oleh Maria. Markus menyebutkan, setelah kejadian tersebut,  Yudas segera pergi menemui para imam (Mrk 14:10-11). Yudas mendatangi para imam kepala dan bersepakat untuk menyerahkan Yesus dengan imbalan 30 uang perak (Mat 26:14-16).
Dalam doa dan perkataan Yesus yang ditulis Yohanes dan Matius tersirat adanya kutukan kepada Yudas Iskariot. Saat memberikan tanda murid yang akan menyerahkannya, Yesus mengatakan sungguh celak orang yang menyerahkan Anak Manusia, lebih baik jika dia tidak dilahirkan (Mat 26:24; Mrk 14:20-21; Luk 22:21-22). Sedangkan saat berdoa di Taman Getsemani, Yesus menyatakan telah menjaga murid-muridNya sehingga tidak ada yang binasa kecuali ‘dia’ yang telah ditentukan untuk binasa (Yoh 17:12).
Di Taman Getsemani, Yudas Iskariot datang memimpin kelompok orang yang akan menangkap Yesus. Yudas Iskariot menandai Yesus dengan ciumannya, yang diawali dengan salam (Mat 26:47-50; Mrk 14:43-45; Luk 22:47-48). Yohanes tidak menuliskan mengenai hal ini, tetapi hanya mencatat bahwa Yudas Iskariot hadir dalam kelompok itu (Yoh 18:5). Dengan bantuan Yudas Iskariot, para imam mendapat kesempatan menangkap Yesus tanpa keributan.
Setelah mendengar bahwa Yesus dihukum mati, Yudas Iskariot menyesal. Di hadapan para imam dia menyatakan Yesus tidak bersalah dan berniat mengembalikan uang yang diterimanya. Tetapi para imam tidak peduli dengan pernyataan itu. Yudas Iskariot melempar uang itu ke dalam Bait Allah dan pergi dari situ. Para imam menyebut uang itu adalah uang darah sehingga tidak boleh digunakan untuk dimasukkan peti persembahan. Uang tersebut dibelikan sebidang tanah untuk dijadikan area pemakaman orang asing, yang kemudian disebut sebagai Hakal-Dama (Aram: Ăqēldĕmā), yang berarti Tanah Darah (Mat 27:3-10).
Lukas memberikan informasi yang berbeda mengenai pembelian tanah dan dasar penamaannya itu. Dalam kisahnya, Lukas mengutip bahwa pembelian tanah dilakukan sendiri oleh Yudas Iskariot. Jika Matius menyatakan bahwa penamaan Tanah Darah didasarkan dari pembelian tanah dengan uang darah Yesus, versi Lukas menggunakan darah Yudas Iskariot sendiri yang mati dengan perut terbuka di tempat itu.
Setelah meninggalkan Bait Allah, Yudas Iskariot menggantung diri (Mat 27:5). Simon Petrus, sebagaimana dicatat Lukas, menyebutkan bahwa Yudas Iskariot mati karena terjatuh hingga perutnya terbuka dan menumpahkan isinya (Kis 1:16-19). Harmonisasi dilakukan untuk dua cara kematian yang berbeda ini. Pendapat yang umum diterima disebutkan Agustinus bahwa Yudas menggantung dirinya tetapi kemudian talinya terputus hingga terjatuh dalam kondisi sesuai dengan yang dikatakan Simon Petrus. Berdasarkan Papias, mengutip Apolinarius dari Laodikia, Yudas Iskariot mati karena terlindas kereta.
Satu kontroversi muncul dari surat Paulus. Dalam keseluruhan suratnya, Paulus tidak pernah menyebutkan peran serta Yudas Iskariot dalam penyerahan Yesus. Bahkan Paulus menuliskan bahwa pasca kebangkitanNya, Yesus menampakkan diri kepada Simon Petrus, kemudian kepada keduabelas muridNya (1 Kor 15:5). Hal ini tentu sangat berbeda dengan pernyataan Matius dan Markus bahwa Yesus menampakkan diri kepada ‘hanya’ sebelas muridNya, dengan asumsi Yudas Iskariot sudah keluar dari hitungan.
Injil Yudas berisikan diskusi Yudas Iskariot dan Yesus seminggu tiga hari sebelum perayaan Paskah. Dalam dokumen itu Yudas Iskariot dinyatakan sebagai murid kesayangan Yesus, yang mendapat tugas utama membantu Yesus untuk menggenapi karya keselamatan umat manusia. Namun imbas dari pelaksanaan tugas ini, Yudas Iskariot akan dikutuk oleh generasi yang lain.
Hakal Dama, Yerusalem, Israel
Sebagian Injil Yudas
Referensi
Casey M (2010) Jesus of Nazareth: An Independent Historian’s Account of His Life and Teaching. London: T&D Clark International
Allison DC (2001) Matthew. Dalam: Muddiman J, Barton J (Editor) The Oxford Bible Commentary: The Gospel. New York: Oxford University Press, pp. 27-84
Byron J (2013) Tomb of Judas Iscariot Discovered? Diambil dari: http://thebiblicalworld.blogspot.com/2013/04/tomb-of-judas-iscariot-discovered.html
Matias
Matias merupakan pengganti Yudas Iskariot berdasarkan hasil undian, yang tidak dipilih langsung oleh Yesus. Matias adalah salah satu dari dua kandidat. Kandidat lainnya adalah Yusuf Barsabas atau Yustus. (Kis 1:23-26). Tidak ada informasi lebih lanjut mengenai Matias dalam kitab-kitab Perjanjian Baru.
Niseforus mencatat bahwa Matias mengabarkan Injil dari Yudea hingga ke Ethiopia, di kota pelabuhan Hisus (sekarang Sürmene), muara sungai Phasis (Rion). Ethiopia yang dimaksud di sini bukan negara di Afrika, tetapi mengacu daerah pesisir Laut Hitam, yang saat ini termasuk wilayah Georgia. Berdasarkan catatan Herodotus, Hieronimus, dan Sofronius di Kolkhis, pesisir timur Laut Hitam, terdapat area yang dihuni komunitas kulit hitam, yang mungkin dibawa dari Ethiopia (Afrika) oleh Faraoh Semostris. Niseforus menambahkan Matias mati dirajam batu di Sebastopolis (sekarang Sulusaray, Turki), dan dimakamkan di sana, dekat Kuil Matahari. Berdasarkan tradisi Grika, makam Matias dipercaya berada dalam Kastil Gonio (Apsaros) di Adjara (Georgia, dekat perbatasan Turki). Belum ada verifikasi mengenai informasi ini karena pemerintah Georgia tidak mengizinkan penggalian di situs tersebut.
Tradisi lain menyebutkan Matias mati dirajam dan kemudian di dipenggal di Yerusalem oleh kaum Yahudi pada tahun 80. Sedangkan Hipolitus dari Roma menyatakan Matias mati tua di Yerusalem.
Selain Kastil Gonio, tempat yang disebut menyimpan relik Matias adalah Biara Santo Matias di Trier, Jerman. Pemindahan relik ke Trier dilakukan oleh Ratu Helena dari Konstantinopel (ibu Kaisar Konstantinus I). Sebagian relik dibawa ke Roma oleh Ratu Helena, namun banyak pendapat bahwa relik di Roma ini berasal dari Matias yang lain, yaitu Matias Uskup Yerusalem yang meninggal tahun 120.
Reruntuhan Kastil Gonio (Apsaros), Adjara, Georgia
Biara Santo Matias, Trier, Jerman
Makam Matias di Gereja Santo Matias, Trier, Jerman
Sarkofagus berisi relik Matias di Gereja Santo Matias, Trier, Jerman
Referensi
(2012) Ancient Armenia – Once home to the “Second Ethiopia”? Retrieved: December 14, 2013.  http://ethiopianism411.worldpress.com/2012/11/20/ancient-armenia-once-home-to-the-second-ethiopia
St. Matthias: The Thirdteen Apostle. Diambil dari: http://reliquarian.com/2013/08/11/saint-matthias-the-thirteenth-apostle/
Artikel terkait
13 Apostles (Bagian 1)
13 Apostles (Bagian 2)
13 Apostles (Bagian 3)
13 Apostles (Bagian 4)