Sunday 20 July 2014

Dunia Belajar dari Kegagalan Traktat Versailles

Oleh SIMON SARAGIH
Perang Dunia I mengubah perekonomian dunia begitu dahsyat walau dengan jalan yang sempat memilukan nurani kemanusiaan.
Pemicu perang adalah kematian Franz Ferdinand, calon pemimpin Kekaisaran Austria-Hongaria, di Sarajevo, Serbia. Kematian Ferdinand membuat Austria-Hongaria, yang dulu menguasai banyak negara, menyerang Serbia.
Kekaisaran Rusia tak bisa menerima serangan itu karena ingin melindungi etnis Slavia. Ini menyeret negara-negara di bawah Austria-Hongaria dan musuhnya dalam perang global.
Jerman yang menjadi sekutu Kekaisaran Austria-Hongaria menjadi andalan karena kekuatan terbesar saat itu. Perang Dunia I pun menyeret masuk Amerika Serikat (AS).
PD I berakhir pada 1918 dengan kekalahan Jerman dan disegel lewat perjanjian damai bernama Traktat Versailles. Traktat itu dibahas dan diteken di Versailles, Perancis, oleh Presiden AS Woodrow Wilson, Perdana Menteri (PM) Inggris David Lloyd George, dan PM Perancis Georges Clemenceau pada 1919.
Jerman tak hadir karena tidak diundang, tetapi terpaksa meneken, seperti dituturkan HW Brands, sejarawan Universitas Texas, AS, di situ kanal televisi The History Channel.
Traktat Versailles kemudian melahirkan malapetaka lanjutan. “Faktanya, Traktat Versailles amalah memicu benih Perang Dunia II,” kata Robert J Dalessandro, Direktur US Army Center of Military History. Hal serupa dikatakan sejarawan militer David Silbey.
Apa pasal? Di Traktat Versailles ada 14 poin yang ditekankan Presiden Wilson. Poin ke-9 meminta Jerman membayar ganti rugi ke negara yang rusak karena diserang. Semua pihak menerima saja poin-poin itu, termasuk pelucutan wilayah di bawah kekuasaan Kekaisaran Austria-Hongaria.
George Clemenceau, Woodrow Wilson, dan David Lloyd George pada hari penandatanganan Traktat Versailles
Peringatan Keynes
Namun, dalam salah satu sesi pembahasan Traktat Versailles pada 1919, PM Inggris membawa ekonom muda yang sangat brilian, John Maynard Keynes, dari Universitas Cambridge. Dia adalah ekonom yang wajib diketahui setiap orang yang belajar ekonomi.
Lewat PM Inggris, Keynes mengingatkan Sekutu bahwa traktat itu akan menghancurkan perekonomian Eropa meski perang telah usai.
Keynes mengusulkan rencana agar Sekutu lebih dulu memberi Jerman bantuan pembangunan kembali ekonomi, bukan meminta negara itu membayar biaya rehabilitas perang. Ini agar ekonomi Jerman bangkit dan setelah itu baru diminta membayar denda.
PM Llyoid George setuju dengan usulan Keynes, tetapi Presiden Wilson menolaknya. PM Perancis memengaruhi Presiden Wilson untuk balas dendam kepada Jerman.
Kepada seorang teman, Keynes menulis surat dan menuduh Presiden Wilson sebagai “pemeras terbesar di dunia”. Presiden Wilson punya argumentasi bahwa Kongres AS pasti tak setuju dengan usulan Keynes.
Politik adalah politik, tetapi ekonomi adalah ekonomi. Keynes mengatakan, jika Eropa ingin dibangun kembali, Traktat Versailles harus diubah. Karena usulannya gagal, Keynes menyatakan mundur dari jajaran staf pemerintahan Inggris pada 1919.
John Maynard Keynes
Berdampak buruk
Sekutu tetap melanjutkan sanksi. Bahkan, kawasan pertambangan Ruhr di Jerman diinvasi Perancis dan Belgia karena Jerman tidak mampu bayar denda. Jerman pun ibarat sudah tak mampu lagi membeli sepotong roti akibat ekonomi yang semakin kacau.
Pada akhirnya, perekonomian Inggris terkena dampak buruk. Demikian pula AS. Muncullah Malaise atau depresi terbesar sepanjang masa pada 1929.
Di Jerman, derita rakyat secara ekonomi memunculkan perlawanan terhadap para politisinya yang dinilai telah menggadaikan Jerman lewat Traktat Versailles. Benih nasionalisme ekstrem pun muncul.
Partai Nazi kemudian mencuat dan pamor Adolf Hitler melejit. Meski sempat diredam, rakyat menaruh simpati besar kepada partai itu. Inilah bibit PD II saat Jerman lewat Nazi memobilisasi massa demi perang.
Kekhawatiran Keynes pun menjadi kenyataan. Dalam pandangan Keynes, dunia kala itu sudah saling terkait secara ekonomi. Itu sebabnya kehancuran ekonomi Jerman akan memukul balik ekonomi seluruh dunia.
Jauh sebelum Malaise dan jauh sebelum meletusnya PD II, Keynes menuliskan dampak buruk Traktat Versailles lewat buku berjudul The Economic Consequences of the Peace yang diterbitkan Desember 1919.
Mengubah strategi
Keynes melihat dendam politik tak berkorelasi positif dengan niat pembangunan kembali Jerman.
Keynes wafat pada 1946. Akan tetapi, teorinya soal pembangunan kembali ekonomi seusai perang akhirnya diterapkan. Seusai PD II, AS dan Sekutu mengubah taktik dan strategi pembangunan ekonomi pasca perang.
Lewat Mashall Plan, AS mengubah arah dan membantu reparasi ekonomi Jerman dan sejumlah negara Eropa lewat bantuan dana pembangunan ekonomi. Marshall Plan mengambil nama Menlu AS saat itu, George Marshall.
Presiden AS Harry Truman mengubah pendekatan yang dilakukan Wilson seusai PD I. Hasilnya adalah booming perekonomian dunia yang melejitkan perekonomian AS, Jerman, Jepang, dan seantero Eropa. Ini juga efektif meredam ekspansi komunisme Uni Soviet.
Dunia belajar dari cara Keynes memandang pola pembangunan kembali ekonomi, yakni bangun dulu perekonomian sehingga semua orang puas, bahagia, dan punya uang untuk membayar utang. Pengaruh tulisan Keynes lewat bukunya itu turut menguatkan opini publik AS soal perubahan strategi rehabilitasi Eropa.
Keynes juga termasuk otak pendirian lembaga dunia Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia. Intinya, kolaborasi akbar dunia diperlukan dalam pembangunan di segala bidang untuk membangkitkan ekonomi dunia dari kehancuran.
Keynes juga menorehkan keyakinan kuat bagi para perencana pembangunan ekonomi bahwa pemerintah harus tampil sebagai penyelamat ekonomi.  Perang pemerintah itu dilengkapi dengan liberalisasi perdagangan dan meninggalkan mazhab merkantilisme saat negera-negara hanya ingin mengekspor, tetapi menekan impor. Keynes menginginkan kolaborasi dagang di antara negara-negara dengan mengandalkan daya saing dan inovasi.
Warisan pemikiran Keynes ini dipakai di banyak negara dan stimulus dana pemerintah adalah salah satu cara paling efektif membangkitkan perekonomian yang rusak, seperti ditulis Keynes di buku The General Theory of Employment, Interest and Money. Ide seperti ini belum terbayangkan banyak teknokrat saat itu.
Ini adalah juga teori pembangunan ekonomi yang diterapkan di Indonesia pada awal Orde Baru. Indonesia diberikan bantuan dana dan investasi asal AS, Eropa, dan Jepang. Sejak itu ekonomi RI pun melejit terus hingga sekarang.
Terbukti bahwa sebuah negara bisa berkembang dari ketiadaan uang, yakni dengan utang yang dijamin pembayarannya oleh pemerintah.
Hugh Rockoff, ekonom AS dari The National Bureau of Economic Research (NBER), di situs NBER mengatakan, PD I mengubah cara pandang tentang peran pemerintah dalam pembangunan ekonomi.
Uni Soviet mendaulat postulas Keynes ini sebagai penguat dasar pemikiran ekonomi ideologis komunis bahwa pemerintah benar-benar harus tampil sebagai penggerak ekonomi. Bedanya, Keynes tak menginginkan pemandulan peran swasta seperti yang dilakukan komunis.
Dunia telah belajar dari kegagalan Traktat Versailles.
Kompas, Minggu, 20 Juli 2014

No comments:

Post a Comment