Monday 9 June 2014

Cemaran Timbal

Saya mengamati laporan pemeriksaan cemaran logam berat Pb dari suatu prototype produk jadi dan beberapa bahan bakunya menunjukkan hasil yang kurang lebih sama, dalam rentang antara 0,137 – 0,182 ppm. Suatu hasil yang aneh menurut saya. Hal ini mengingatkan pada pengalaman seorang ilmuwan pemerhati lingkungan, Clair Cameron Patterson (1922-1995). Pat, demikian para rekannya memanggil, pada mulanya melakukan pengukuran komposisi dan kadar isotop dalam sejumlah kecil timbal pada meteorit menggunakan teknik spektrometrik massa yang dimulai pada 1948. Pengukuran untuk menetapkan usia meteorit tersebut mendapatkan kesulitan karena lingkungan yang tidak memadai.
Clair Cameron Patterson
Akhirnya, setelah mendapatkan laboratorium yang lebih ‘bersih’ dan fasilitas dengan baku cemaran timbal lingkungan yang rendah, pada 1953 Pat berhasil menentukan usia bumi berdasarkan pengukuran komposisi isotop timbal primordial dari fase troilit (sulfide) meteorit besi Canyon Diablo.
Kemajuan kemampuan pengukuran timbal ini membuka jalan ke penetapan isotop timbal pada sampel geologi, seperti granit, basalt, dan sedimen. Pat juga mulai melakukan riset terkait cemaran timbal akibat manusia terhadap lingkungan. Pada 1962, Pat bersama Mitsunobu Tatsumoto mempublikasikan laporan yang menunjukkan bahwa air dari laut dalam mengandung timbal 3-10 kali lebih rendah dibandingkan air permukaan. Artinya, pada masa-masa itu terjadi peningkatan polutan timbal yang luar biasa dibandingkan dengan masa sebelumnya. Penyebab yang dituduh Pat paling utama adalah penggunaan timbal pada bahan bakar minyak, patri, cat, dan pestisida.
Pada 1970, Pat dan rekannya menyelesaikan pengujian terhadap lapisan salju dari Greenland dan Antartika yang dengan jelas menunjukkan adanya peningkatan timbal atmosfer dari masa dimulainya revolusi industri. Salju modern Greenland mengandung lebih dari 100 kali jumlah timbal dari salju masa praindustri, dengan peningkatan paling drastis terjadi pada 100 tahun terakhir. Sayangnya, hasil penelitian ini seperti tidak dihiraukan karena banyaknya serangan dari ilmuwan industri. Meskipun demikian, pada akhir 1973 EPA akhirnya mengeluarkan program penurunan kadar timbal dari bahan bakar minyak. Timbal pada bahan bakar minyak akhirnya dihilangkan sama sekali pada 1987 (bagaimana dengan di Indonesia?).
Pat meneruskan penelitiannya dengan mengukur kadar timbal dari tulang rangka manusia Peru yang berusia sekitar 1600 tahun. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa tulang manusia modern memiliki kadar timbal hingga 700-1200 kali lebih tinggi dibandingkan tulang rangka manusia Peru tersebut.
Pada akhir 1970an, Pat mengalihkan perhatian pada cemaran timbal dalam makanan. Dalam penelitian yang dipublikasikan pada 1980 bersama Dorothy M. Settle, Pat memberikan peringatan terkait jumlah timbal yang masuk ke rantai makanan karena patri timbal untuk menutup kaleng. Pat menemukan timbal sejumlah 0,3 nanogram per gram daging tuna segar dan 1400 nanogram per gram daging tuna kalengan. Baru pada 1993, patri timbal tidak diperbolehkan lagi digunakan pada wadah makanan di Amerika Serikat (bagaimana dengan di Indonesia?). Lebih lanjut, penggunakan timbal juga tidak diperkenankan untuk cat dan saluran air. Dari beberapa langkah perbaikan ini, pada 1991, peneliti melaporkan bahwa kadar timbal salju Greenland menurun dengan faktor 7,5 sejak 1971.
Dari ulasan ini, perlu dievaluasi kesesuaian laboratorium pengujian timbal apakah sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan Clair Patterson. Selain itu, separah apa lingkungan udara di Surabaya yang padat kendaraan bermotor sehingga cemaran timbal bahan bakar minyaknya kemungkinan dapat mempengaruhi hasil pengukuran. Yang terakhir ini patut dicermati karena timbal dapat menimbulkan efek serius terhadap kualitas hidup masyarakat.
Anak-anak usia enam tahun atau kurang sangat rentan pengaruh timbal terhadap kesehatan. Dalam kadar yang kecil dalam darah anak, timbal dapat menyebabkan masalah perilaku dan belajar, kecerdasan rendah, hiperaktivitas, perlambatan pertumbuhan, gangguan pendengaran, dan anemia. Pada kasus yang lebih rendah, paparan timbal dapat menyebabkan kejang. koma, bahkan kematian anak.
Dalam tubuh, timbal dapat terakumulasi dari waktu ke waktu di tulang. Saat kehamilan, timbal dapat dilepas bersama kalsium dari tulang ibu untuk pembentukan tulang janin, terutama pada ibu yang kurang mendapat asupan kalsium yang memadai. Sebagai akibatnya, janin dapat mengalami penurunan pertumbuhan dan peningkatan resiko kelahiran prematur. Pada orang dewasa, paparan timbal dapat menimbulkan masalah kardiovaskuler utamanya peningkatan tekanan darah, penurunan fungsi ginjal, dan masalah reproduksi.
Referensi
Tilton GR (1998) Clair Cameron Patterson: A Biographical Memoir. Washington: National Academies Press
United States Environmental Protection Agency: Lead http://www2.epa.gov/lead

No comments:

Post a Comment